Ibnul Mubarak ketika ditanya tentang ujub/bangga diri ia berkata :
أن ترى أن عندك شيئًا ليس عند غيرك
“Engkau melihat di dalam dirimu sesuatu yang tidak ada pada diri orang lain.” (Syuabul Iman 7/50)
Sedang Bisyr bin Al Harits mengatakan :
العجب أن تستكثر، عملك وتستقل عمل الناس أو عمل غيرك
“Ujub itu engkau merasa memiliki amal yang banyak dan menganggap amal orang lain sedikit.” (Hilyatul Auliya’ : 8/348).
Perasaan ujub tetap akan merusak amal meski tidak ditampakkan dalam wujud ucapan atau perbuatan, karena Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR Bukhari Muslim).
Dan setiap kali perasaan ujub/bangga diri tersebut muncul di dalam hati kita, hendaknya kita melakukan perlawanan, berusaha keras untuk menghilangkannya dan mengingkarinya. Namun jika kita pasrah pada keadaan dan justru membiarkan perasaan tersebut apalagi menikmatinya, maka ketika itulah amal kita musnah.
//bimbinganislam.com/sifat-ujub-dapat-merusak-amalan/