-
Diam
Seringkali rasa marah membangkitkan keinginan untuk meluapkannya dengan melontarkan kata- kata yang paling kasar, paling keji, paling menyakitkan yang ditujukan untuk orang yang telah membuat marah. Atau mengeluarkan kata-kata yang tidak Allah ridhai. Adapula yang marah mengeluarkan kata-kata kufur, ada yang marah mengeluarkan kalimat mencaci maki, ada yang marah keluar kalimat laknat, ada yang marah keluar kalimat cerai hingga hal-hal sekitarnya pun bisa hancur. Maka sangat tepat mankala amarah merasuk jiwa, upayakanlah untuk mengunci lisan dengan sekuatnya diam demi semua keburukan tidak terjadi dan kerusakan bisa dihindari.
Ada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad,
وَ إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ
“Jika salah seorang di antara kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad, 1: 239. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan lighairihi)
-
Berganti posisi
Berganti posisi di sini adalah dengan merubah posisi lebih rendah dari sebelumnya. Sehingga orang yang tadinya berdiri lalu duduk, apabila awalnya duduk lalu berbaring. Ini diperuntukkan supaya orang yang marah tidak mudah dan leluasa untuk melampiaskan marahnya dengan kegiatan yang brutal atau anarkis dengan memukul, menendang dan sebagainya. Secara ilmu kesehatan juga dengan aktifitas demikian bisa menurunkan tekanan darah.Ketika seseorang berdiri dari duduk atau berbaring, darah dengan sendirinya akan mengalir ke kaki akibat gaya gravitasi. Pada kondisi ini, sirkulasi darah ke jantung menjadi berkurang sehingga tekanan darah menurun. Bukankah ini sangat membantu untuk meredakan marah? Sebab secara fisiologinya ketika seseorang marah maka terjadi peningkatan hormon adrenalin di tubuh. Adrenalin itu menyebabkan mengecilnya pembuluh darah. Akibatnya tekanan darah meningkat.Nah, dengan meubah posisi lebih rendah berpotensi sangat besar untuk meredakan amarah.Masya Allah. Bahkan apa yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam 1400 tahun yang lalu ini sejalan dengan ilmu kedokteran abad ini.
Dari Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah.” (HR. Abu Daud, no. 4782. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
-
Mengambil air wudhu
Dari Athiyyah as-Sa’di Radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu.” (HR. Abu Daud, no. 4784. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
Penjelasan ilmiahnya, saat seseorang marah, senyawa adrenalin dan non-adrenalin mengalir di tubuh. Akibatnya, secara otomatis meningkatkan kecepatan detak jantung dan tekanan darah ke seluruh tubuh. Tubuhpun membakar lebih banyak energi dan suhu tubuh jadi naik. Makanya jadi terasa panas. Upaya untuk menurunkan suhu tubuh salah satunya adalah dengan menyentuhkan air kebagian tubuh kita secara langsung.
-
Ingat wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Setiap mukmin tentu berharap syafaat dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kelak di hari kiamat. Salah satu cara yang bisa menjadi sebuah ikhtiar kita adalah berupaya senatiasa mengingati wasiat beliau untuk kita jalankan di dalam kehidupan kita di dunia. Salah satunya adalah hadits berikut:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَوْصِنِي قَالَ لَا تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لَا تَغْضَبْ
“Seorang lelaki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berilah aku wasiat.” Beliau menjawab, “Janganlah engkau marah.” Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, (namun) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (selalu) menjawab, “Janganlah engkau marah.” (HR. Bukhari, no. 6116)
-
Mengingat- ingat keutamaan orang yang sukses menahan marah
Tidak ada seorang manusiapun yang mau rugi di dalam urusannya terlebih di dalam hidupnya di dunia terlebih di akhirat, bukankah begitu? Ketika timbul rasa marah lalu melampiaskannya dengan cara yang tidak dibenarkan, sesungguhnya saat itu kita sedang rugi berlipat. Mengapa demikian?
Mari kita cermati, bukankah seseorang marah karena ada sesuatu hal yang berjalan tidak sesuai harapannya? Bisa jadi ia sudah berusaha dengan berbagai cara menghabiskan waktunya, energinya, dana dan perasaannya demi apa yang ia inginkan bisa berjalan sesuai rencana. Nah, ketika itu terjadi, pemikiran secara manusia bukankah ini adalah kerugian? Lalu kemudian karena tidak terima dengan hal itu, reaksi yang dimunculkan adalah marah.ketika marah ditunjukkan dengan tindakan- tindakan gelap mata; berbicara yang tidak pantas, berbuat yang tidak sesuai dengan syariat, saat itu ada dosa yang jelas sudah menanti untuk dipertanggungjawabkan di hadapan Allah di akhirat. Di dunia juga harus dipertanggungjawabkan secara hukum di hadapan manusia jika itu berurusan dengan melukai atau mencelakai orang/merusak milik orang. Bukankah ini kerugian lagi?
Karenanya alangkah baiknya untuk menepikan kerugian yang berlipat ini dengan mengingat- ingat keutamaan dari meredam marah. Dengan begiu, dikeadaan yang sudah tidak menyenangkan itu kita masih bisa tersenyum membayangkan hadiah yang Allah berikan kepada kita apabila kita mampu mengendalikan amarah.
Dari Mu’adz radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa menahan amarahnya padahal mampu meluapkannya, Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari Kiamat untuk memberinya pilihan bidadari yang ia inginkan.” (HR. Abu Daud, no. 4777; Ibnu Majah, no. 4186. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sanadnya hasan)
Dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Wahai Rasulullah tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkan dalam surga.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas,
لاَتَغْضَبْوَلَكَالْجَنَّةُ
“Jangan engkau marah, maka bagimu surga.” (HR. Thabrani dalam Al-Kabir. Lihat Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, hadits ini shahih lighairihi)
Demikian menejemen emosi wanita. Semoga manfaat dan semoga Allah melimpahkan keberkahan ilmu, taufik dan hidayah selalu untuk kita semua, aamiin.
Ummy Santy Andriani Hafidzahullah
Referensi:
https://almanhaj.or.id/14390-atasi-marahmu-gapai-ridha-rabb-mu.html