Yahya bin Mu’adz rahimahullah berkata:
«سَقَمُ الجسد بالأوجاعِ، وسَقَمُ القُلُوبِ بالذُّنُوبِ، فَكَمَا لَا يَجِدُ الجَسَدُ لَذَّةَ الطَّعَامِ عِندَ سَقَمِهِ، فَكَذَلِكَ القَلبُ لَا يَجِدُ حَلاوَةَ العِبَادَةِ مع الذُّنُوبِ»
“Sakit pada tubuh disebabkan penyakit, sedangkan sakit pada hati disebabkan dosa-dosa. Jadi sebagaimana tubuh tidak merasakan lezatnya makanan ketika sakitnya, demikian pula hati tidak merasakan kelezatan ibadah bersamaan dengan adanya dosa-dosa.”
Dzammul Hawa, I/68
Rasulullah Shalallahu alayhi wasallam bersabda :
الْإِيمَانِ: مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
“Tiga sifat yang jika ada pada diri seseorang, ia akan meraih manisnya iman, Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah mencintainya melainkan karena Allah, ia membenci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya darinya sebagaimana ia benci apabila dilempar ke dalam neraka.” (HR. Muslim no. 67)
Rasulullah juga bersabda,
عَنِ الْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: «ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا
“Akan merasakan manisnya iman, seorang yang ridha Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rasul.” (HR. Muslim no. 56)
Pada dua hadits tersebut di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwasanya iman itu rasanya manis dan bisa dirasakan oleh kita. Rasa manis ini tentu saja hanya bisa dinikmati oleh orang-orang yang jujur kecintaannya terhadap Allah dan RasulNya, sebagaimana yang dijelaskan di dalam hadits. Orang-orang fasiq, ahli maksiat, terlebih orang kafir, tentu saja tidak dapat menikmati lezatnya iman tersebut.
Referensi : https://bimbinganislam.com/merasakan-kenikmatan-ibadah-kepada-allah/