Oleh: Frizka Fajrisi Marta B.Sh

 

Bismillahirrahmanirrahim.

Dari Sufyan bin Abdullâh ats-Tsaqafi, ia berkata: Aku berkata:  “Wahai Rasûlullâh, katakan kepadaku di dalam Islam satu perkataan yang aku tidak akan bertanya kepada seorangpun setelah Anda!” Beliau menjawab: “Katakanlah, ‘aku beriman’, lalu istiqomahlah”

( HR Muslim, no. To 38; Ahmad 3/413; Tirmidzi, no. 2410; Ibnu Majah, no. 3972].

 

Saudariku yang aku cintai karena Allah, pada kesempatan kali ini kita akan membahas isu yang sedang banyak diperbincangkan, yaitu istiqomah di zaman fitnah. Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi di zaman ini, banyak muda mudi yang pada akhirnya terseret pola hidup ahli dunia. Mereka sibuk dengan berita, trend, hal-hal yang viral sampai akhirnya lupa untuk mempersiapkan bekal akhirat, Allahulmustaan.

 

Ketahuilah bahwa pembahasan tentang istiqomah adalah perkara yang krusial, begitu tinggi nilanya. Dengan istiqomah seseorang akan meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat, dia akan digolongkan sebagai hamba yang meraih kemenangan, urusannya akan dimudahkan.

 

Banyak diantara kita pada hari ini diliputi kebingungan, bagaimana caranya saya dapat selamat dari fitnah dunia padahal godannya begitu dahsyat? Bagaimana Langkah yang harus saya ambil untuk bisa sampai ke surga Allah ‘azza wa jalla dengan selamat?

 

Untukmu yang tengah mencari itu semua, ambillah nasehat ini, perhatikanlah dengan seksama perihal istiqomah ini, ajaklah hati, mata, telinga dan anggota badan kita untuk mengamalkan dan berpegang teguh diatasnya sampai kita menghadap Allah taala kelak.

Ayat tentang istiqomah

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ ٱلَّذِینَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَـٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَیۡهِمُ ٱلۡمَلَـٰۤىِٕكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحۡزَنُوا۟ وَأَبۡشِرُوا۟ بِٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِی كُنتُمۡ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu”

 

 

نَحۡنُ أَوۡلِیَاۤؤُكُمۡ فِی ٱلۡحَیَوٰةِ ٱلدُّنۡیَا وَفِی ٱلۡـَٔاخِرَةِۖ وَلَكُمۡ فِیهَا مَا تَشۡتَهِیۤ أَنفُسُكُمۡ وَلَكُمۡ فِیهَا مَا تَدَّعُونَ.

“Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya (surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh apa yang kamu minta.”

 

نُزُلࣰا مِّنۡ غَفُورࣲ رَّحِیمࣲ.

“Sebagai penghormatan (bagimu) dari (Allah) Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS Fusshilat: 30-32)”

Allah ta’ala juga berfirman:

 

إِنَّ ٱلَّذِینَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَـٰمُوا۟ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡهِمۡ وَلَا هُمۡ یَحۡزَنُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian mereka tetap istiqamah,tidak ada rasa khawatir pada mereka, tidak (pula) bersedih hati.”

 

أُو۟لَـٰۤىِٕكَ أَصۡحَـٰبُ ٱلۡجَنَّةِ خَـٰلِدِینَ فِیهَا جَزَاۤءَۢ بِمَا كَانُوا۟ یَعۡمَلُونَ

“Mereka itulah para penghuni surga, kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. (QS Al-Ahqaf: 13-14)”

 

Allah ta’ala juga berfirman:

فَٱستَقِم كَمَآ أُمِرتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطغَواْ إِنَّهُۥ بِمَا تَعمَلُونَ بَصِير

“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS Hud: 112)”

Hadist istiqomah

 

ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا، وَعَلَى جَنْبَتَيْ الصِّرَاطِ سُورَانِ، فِيهِمَا أَبْوَابٌ مُفَتَّحَةٌ، وَعَلَى الْأَبْوَابِ سُتُورٌ مُرْخَاةٌ، وَعَلَى بَابِ الصِّرَاطِ دَاعٍ يَقُولُ: أَيُّهَا النَّاسُ، ادْخُلُوا الصِّرَاطَ جَمِيعًا، وَلَا تَتَعَرَّجُوا، وَدَاعٍ يَدْعُو مِنْ فَوْقِ الصِّرَاطِ، فَإِذَا أَرَادَ يَفْتَحُ شَيْئًا مِنْ تِلْكَ الْأَبْوَابِ، قَالَ: وَيْحَكَ لَا تَفْتَحْهُ، فَإِنَّكَ إِنْ تَفْتَحْهُ تَلِجْهُ، وَالصِّرَاطُ الْإِسْلَامُ، وَالسُّورَانِ: حُدُودُ اللَّهِ، وَالْأَبْوَابُ الْمُفَتَّحَةُ: مَحَارِمُ اللَّهِ، وَذَلِكَ الدَّاعِي عَلَى رَأْسِ الصِّرَاطِ: كِتَابُ اللَّهِ، وَالدَّاعِي مِنِ فَوْقَ الصِّرَاطِ: وَاعِظُ اللَّهِ فِي قَلْبِ كُلِّ مُسْلِمٍ

 

“Allah memberikan perumpamaan berupa jalan yang lurus. Kemudian di atas kedua sisi jalan itu terdapat dua dinding. Dan pada kedua dinding itu terdapat pintu-pintu yang terbuka lebar. Kemudian di atas setiap pintu terdapat tabir penutup yang halus. Dan di atas pintu jalan terdapat penyeru yang berkata, ‘Wahai sekalian manusia, masuklah kalian semua ke dalam shirath dan janganlah kalian menoleh kesana kemari.’ Sementara di bagian dalam dari Shirath juga terdapat penyeru yang selalu mengajak untuk menapaki Shirath, dan jika seseorang hendak membuka pintu-pintu yang berada di sampingnya, maka ia berkata, ‘Celak kamu, jangan sekali-kali kamu membukanya. Karena jika kamu membukanya maka kamu akan masuk kedalamnya.’ Ash Shirath itu adalah Al Islam. Kedua dinding itu merupakan batasan-batasan Allah Ta’ala. Sementara pintu-pintu yang terbuka adalah hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Dan adapun penyeru di depan shirath itu adalah Kitabullah (Al Qur`an) ‘azza wajalla. Sedangkan penyeru dari atas shirath adalah penasihat Allah (naluri) yang terdapat pada setiap kalbu seorang mukmin.” (HR. Ahmad dalam Al-Musnad no. 17909)

Pengertian istiqomah

Istiqomah yaitu berjalan diatas jalan syariat Allah ta’ala yang lurus, tidak bengkok. Istiqomah mencakup pada perbuatan dan ucapan, baik yang zohir maupun yang bathin, serta menjauhi hal yang telah Allah larang.

Ibnul qoyyim berkata:

“Istiqomah adalah kata yang mencakup agama secara keseluruhan, yaitu seorang hamba berdiri dihadapan Rabbnya dengan penuh kejujuran seraya menepati janjinya.”

Aljurjani menafsirkan makna istiqomah:

“Yaitu setia dengan syariat seutuhnya, senantiasa meniti jalan yang lurus dengan memperhatikan sikap pertengaan dalam segala urusan, baik makan minum dan pakaian, yang mencakup urusan agama dan dunia.”

Manfaat istiqomah

Ada banyak sekali manfaat yang akan diraih oleh seorang hamba tatkala ia berusaha untuk senantiasa istiqomah di atas jalan yang lurus, berikut di antaranya:

1.  Dinaungi Malaikat

Allah berfirman:

تَتَنَزَّلُ عَلَیۡهِمُ ٱلۡمَلَـٰۤىِٕكَةُ

“turun kepada mereka para malaikat”

maknanya adalah para malaikat turun membawa berita gembira dari Rabbnya pada tiga keadaan.

 

Waki’ berkata: “berita gembira disampaikan pada tiga keadaan yaitu: tatkala maut, didalam kubur, dan ketika dibangkitlan.”

2. Mereka yang istiqomah tidak merasa takut dan tidak akan bersedih

Allah berfirman:

(أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا)

“Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati;

 

‘Atha berkata: “janganlah kalian takut dengan balasan pahala (amal soleh)  kalian karena ia sudah diterima oleh Allah, dan jangan pula kalian bersedih hati dengan dosa karena sesungguhnya telah Allah ampuni.

3.  Diampuni dosanya

Allah berfirman:

نُزُلࣰا مِّنۡ غَفُورࣲ رَّحِیمࣲ.

Sebagai penghormatan (bagimu) dari (Allah) Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS Fusshilat: 30-32)

Ibnu katsir berkata: “ampunan atas dosa-dosa kalian, dan maha mengasihi kalian, yang mana Ia adalah Dzat yang Maha pengampun, menutupi kesalahan hambaNya, Maha menyayangi, dan Maha lemah lembut”

4. Rezeki yang Baik

Mereka yang istiqomah akan mendapatkan kelapangan rezeki serta ketenangan hidup. Allah berfirman:

 

(وَأَنْ لَوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا)

“dan seandainya mereka istiqomah di atas jalan (yang lurus) niscaya kami akan turunkan air yang banyak” QS Al-Jin: 16.

Umar bin Al-Khattab berkata: “ dimana terdapat air, maka disana terdapat harta”

 

Allah juga berfirman:

 (وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ)

 

“seandainya penduduk negeri itu beriman dan bertakwa, niscaya akan kami bukakan untuk mereka keberkahan dari langit dan bumi” QS Al-A’raf: 96

5. Hati yang tenang

Saudariku, jika kita perhatikan bagaimana mereka yang istiqomah beribadah, rukuk, sujud, tenggelam dalam kekhusyukan dan kenikmatan bersama Rabbnya, maka kita akan merasakan ketenangan di dalam hati.

 

Sebagian salaf berkata: “sesungguhnya di dunia terdapat surga, barang siapa yang belum memasukinya maka tidak akan memasuki surga akhirat”

 

Sungguh betapa indahnya perumpamaan yang diberikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah: “ sesungguhnya surga dan tamanku ada di dalam dadaku, kemana pun aku pergi maka ia selalu bersamaku. Kematianku adalah syahid, aku dipenjara adalah kesempatan berkhalwat (bersendiri), dan aku dikeluarkan dari negeriku bagiku seperti liburan”

6. Ridha terhadap takdir

Mereka yang tegar bagaikan gunung yang kokoh ditengah guncangan fitnah, akan menyadari bahwa seluruh yang menimpa mereka mengandung hikmah yang agung yang patut diridhai dan disyukuri.

 

Dahulu ‘Urwah bin Az-Zubair rahimahullah berangkat untuk safar ditemani oleh putranya Muhammad, mereka pergi untuk mengunjungi Al-Walid Abdul Malik. Muhammad adalah seorang pemuda tampan yang menjadi kecintaan sang ayah. Setelah mengunjungi Al-Walid dan keluar dari rumahnya, Muhammad terperosok ke dalam kandang kuda, lalu kuda tersebut menginjaknya hingga meninggal. Tidak sampai disana, adapun ‘Urwah kakinya terkena infeksi.

 

Mengetahui hal ini Al-Walid memanggil dokter. Dokter mengataka bahwa kaki ‘urwah harus dipotong, dan memintanya untuk meminum khamr, namun ‘Urwah menolaknya. Pada akhirnya dokter memotong kakinya tanpa bius sama sekali, dan beliaupun jatuh pingsan. Melihat kejadian ini  Al-Walid berkata: “tidak pernah aku melihat seorang lebih sabar dari laki-laki ini”.

 

Setelah ia sadar, ‘Urwah mengambil potongan kakinya dan menciuminya seraya berkata: “ apa yang menyebabkan kamu dipotong seperti ini? Sungguh Allah mengetahui aku tidak pernah menggunakannya pada hal-hal yang haram, tempat maksiat, atau kepada perbuatan yang tidak diridhai Allah.”

 

Setibanya ‘Urwah di kota Madinah, kawan-kawannya mengunjunginya seraya membaca ayat:

لَقَدۡ لَقِينَا مِن سَفَرِنَا هَٰذَا نَصَبٗا

“sungguh kita telah merasa lelah karena perjalanan kita ini” QS AL-Kahfi: 62

 

‘Urwah tidak membalas ucapan tersebut, akan tetapi beliau berdoa: “ Ya Allah aku mempunyai 7 anak laki-laki, salah seorang dari mereka telah Engkau wafatkan, aku masih memiliki 6 anak. Ya Allah, selama ini aku memiliki 4 anggota tubuh, dua tangan dan dua kaki, Engkaupun telah mengambil salah satunya, dan aku masih memiliki 3. Meski Engkau berikan aku cobaan sesungguhnya itu adalah kesejahteraan, dan yang Engkau ambil sejatinya Engkau mengabadikannya” (Tarikh islam, 6/247)

7. Masuk kedalam surga

Ibnul qoyyim berkata:

“Allah telah meletakkan shirat (jembatan) yang akan didalui manusia sebelum memasuki surga di bagian kiri dan kanannya terdapat kalaliib (kail-kail) yang menarik orang yang berjalan diatas shirat, kail ini merupakan perumpamaan kesesatan, ia menghalangi seseorang untuk tetap istiqomah.

 

Ibnul qoyyim rahimahullah berkata:

“Barang siapa yang mendapatkan hidayah di dunia untuk senantiasa meniti jalan yang lurus yang diutus Rasul dengannya dan diturunkan kitab dengannya, maka ia akan diberi hidayah untuk meniti shirat (jalan) yang akan mengantarkannya kedalam surga”

 

Sebagaimana seorang hamba berjalan dengan kokoh di dunia diatas petunjuk Allah, maka dia juga akan berjalan dengan kokoh diatas shirat di akhirat nanti.

Semakin kokoh di dunia maka akan semakin kokoh juga di akhirat.

Sebagian ada yang berjalan melewati shirat secepat kilat, ada yang sekejap mata, ada yang sekencang angin, seperti menaiki kuda, ada yang berlari, berjalan, ada yang merangkak, ada yang terjatuh terjengkal kedalam api neraka.

Oleh karena itu jika seseorang mengingat bahwa kelak ia akan melewati shirat di akhirat, keadaan disana tergantung dengan seberapa istiqomahnya ia saat ini di dunia.

Dan tatkala ia mampu bertahan untuk istiqomah hingga akhir hayatnya, maka surgalah tempat ia kembali, Allah berfirman:

وَأَبۡشِرُوا۟ بِٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِی كُنتُمۡ تُوعَدُونَ

“dan berbahagialah kalian dengan surga yang telah dijanjikan untuk kalian”

Kiat istiqomah

1.  Meminta pertolongan Allah

Untuk dapat bertahan di atas istiqomah membutuhkan pertolongan Allah. Oleh karenanya Rasulullah mengajarkan sebuah doa kepada para sahabat yang sepatutnya kita baca setiap saat, doanya yaitu:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

(Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).

 

Rasulullah pernah mengajari Ali bi Abi thalib sebuah doa:

اللهم اهدني وسددني

“Ya Allah berilah aku hidayah dan luruskanlah diriku”

Hendaklah seorang hamba tatkala berdoa dan meminta pertolongan kepada Allah, ia hadirkan rasa yakin di dalam hatinya, ia percaya bahwa cepat atau lambat Allah akan menolongnya. Hindari doa dengan hati yang lalai, atau doa yang terburu-buru seraya mengatakan “ aku telah berdoa namun Allah belum juga mengabulkan.”

2.  Istiqomahnya anggota badan dimulai dengan istiqomahnya hati

روى الإمام أحمد من حديث أنس بن مالك رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال لا يستقيم إيمان عبد حتى يستقيمَ قلبُه

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari hadist Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dari nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “ tidak akan istiqomah keimanan seorang hamba sampai istiqomah pula hatinya”

 

Al-hafidzh bin Rajab berkata:

فأصل الاستقامة استقامة القلب على التوحيد

“ Sumber dari istiqomah adalah istiqomahnya hati di atas tauhid”

Tatkala hati seorang hamba istiqomah diatas ma’rifatullah, senantiasa merasa takut, berharap, mengagungkan, cinta, berdoa, dan bertawakkal, maka anggota tubuh seluruhnya akan berada di atas ketaatan.

 

Rasulullah bersabda:

إن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله وإذا فسدت فسد الجسد كله ألا وهي القلب

“sesungguhnya di dalam jasad terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka akan baik pula seluruh jasadnya, dan apabila ia rusak maka akan rusak pula seluruh jasadnya, ketahuilah bahwa ia adalah hati” (Shahih Bukhari: 52)

 

Maka mari kita periksa hati kita masing-masing.

Jangan jangan mengapa akhir-akhir ini kita merasa sulit istiqomah berjilbab, bercadar, karena hati kita sedang terjangkit penyakit.

Sulit istiqomah baca quran, sedekah, berdoa, bisa jadi penyebabnya adalah karena penyakit di dalam hati kita.

 

Masihkah kita menyimpan iri, dengki, hasad kepada saudari kita?

Ketahuilah, diluar sana akan selalu ada mereka yang:

Lebih pintar dari kita

Lebih cantik

Lebih ramah

Lebih kaya

Lebih populer

Lebih berkuasa

Maka jika kita tidak rajin melatih hati untuk tidak hasad, kita akan kelelahan mengurusi kenikmatan yang ada pada orang lain dan lupa mensyukuri apa yang ada pada kita.

 

Mari jaga hati kita, niscaya hati akan menggiring tubuh kita kepada keselamatan dunia dan akhirat.

3.  Berjuang melawan hawa nafsu

Seseorang tidak akan istiqomah sampai ia berjuang menundukkan hawa nafsunya. Karena pada asalnya hawa nafsu itu mengajak kita kepada keburukan, sehingga jika diperintahkan oleh Allah ia akan merasa berat melaksanakannya. Namun barang siapa yang melatih hawa nafsunya untuk tunduk dihadapan perintah Allah, maka Allah akan mempersiapkan untuknya surga dan kenikmatannya.

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

 

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ ﴿٤٠﴾ فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ

“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). QS An-Nazi’at: 40-41]

Surgalah balasan untuk mereka yang senantiasa berjuang, setiap hawa nafsu itu menyerangnya setiap itu pula ia akan mengalahkannya. Inilah seseorang yang dikatakan sebagai mujahid, karena mujahid adalah yang berjuang melawan diri dan hawa nafsunya.

Semoga Allâh selalu membimbing hati kita sehingga sellau mampu menundukkan hawa nafsu dengan sebaik-baiknya. Hanya Allâh tempat memohon pertolongan.

4.  Memilih sahabat yang soleh

Peran sahabat memiliki dampak yang besar terhadap keistiqomahan seseorang, Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur)” (QS. At-Taubah: 119).

 

Bahkan agama seseorang itu dilihat dari agama teman dan sahabatnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً

“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.”  (Shahih Bukhari: 2101)

5. Menyibukkan diri dengan menunut ilmu

Waktu yang Allah berikan kepada hamba-Nya merupakan modal utama yang harus ia manfaatkan agar meraih keuntungan di akhirat kelak. Menghabiskan waktu untuk menuntut ilmu tidak akan menjadikan urusan dunia kita berantakan, sebaliknya dengan menuntut ilmu agama kehidupan dunianya akan semakin teratur.

 

Menyibukkan diri dengan majelis ilmu akan memberikan dampak yang besar terhadap keistiqomahan seseorang. Sebagaimana ia melihat kaum muslimin berlomba-lomba dalam ilmu, bersemangat mengamalkannya, maka ia akan malu jika merasa tertinggal dari mereka, terlebih lagi untuk bermaksiat.

 

Ketahuilah kedekatan seorang penuntut ilmu degan gurunya, bagaikan kedekatan seorang anak kepada ayahnya, semakin dekat dengan ayahnya maka ia akan semakin merasa aman dari gangguan orang jahat. Maka, menjauhi majelis ilmu sudah ahli ilmu sama dengan kita mencampakkan diri kita kepada bahaya yang besar.

 

Jika seorang hamba tidak tahu kemana ia harus melangkah, apa Keputusan yang harus ia perbuat, sedangkan ia jauh dari ahli ilmu, maka kemana ia akan bertanya? Padahal Allah telah berfirman:

فَسۡألُوٓاْ أَهۡلَ ٱلذِّكۡرِ إِن كُنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ

“maka bertanyalah kepada ahli ilmu jika kalian tidak mengetahui” QS An-Nahl: 43

Dekatilah majelis ilmu, berkumpullah dengan para guru dan teman yang shaleh, niscaya kita akan lebih mudah untuk bisa istiqomah, in syaa Allah.

6. Istiqomahlah semampu kita jika tidak mampu maka dekatilah ia

Allah berfirman:

قاستقيموا إليه واستغفروه

“ maka istiqomahlah kalian diatasnya dan beristighfarlah kepada Allah”

 

Allah menyebutkan ibadah istighfar (memohon ampun) setelah kata istiqomah, apa alasannya?

 

Maknanya adalah bahwasanya dalam perjalanannya melakukan ibadah maka terdapat masa-masa dimana ada kekurangan, kesalahan, kelalaian yang ia kerjakan sekalipun ia sudah berusaha istiqomah diatasnya.

 

Misalnya:

Seseorang berusaha untuk sholat khusyuk lima waktu setiap harinya.

Ia selalu berusaha mendirikan sholat fardu tepat waktu, dan berusaha khusyuk didalan sholatnya, namun terkadang tak dapat dipungkiri bahwa ia telah tersibukkan dengan urusan anaknya, dapurnya, kuliahnya, sehingga itu terbawa di dalam sholatnya.

 

Al hafidzh ibnu hajar berkata:

Tatkala Allah memerintahkan untuk istiqomah maka dipastikan ada kekurangan yang dilakukan sang hamba maka hal itu ditutupi dengan istighfar dan bertaubat kepada Allah, lalu kembali untuk istiqomah.

 

Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah:

سَدِّدُوا وقارِبُوا، واعْلَمُوا أنْ لَنْ يُدْخِلَ أحَدَكُمْ عَمَلُهُ الجَنَّةَ، وأنَّ أحَبَّ الأعْمالِ إلى اللَّهِ أدْوَمُها وإنْ قَلَّ

“Istiqomahlah dan dekati ia, dan ketahuilah bahwa salah seorang kalian tidak akan masuk surga dengan amalannya, dan amalan yang paling Allah cintai adalah yang konsisten walaupun sedikit” (Shahih Bukhari: 6464)

 

Jika kita melihat orang-orang sholeh beramal, dan kita tidak mampu seperti mereka, maka jangan kita berputus asa, akan tetapi berusahalah semampu kita. Karena Allah ‘azza wa jalla tidak akan membebankan sesuatu kecuali sesuai dengan kesanggupan hamba tersebut.

 

Apabila kita terjatuh kepada maksiat, maka bangkitlah segera dan jangan berlarut di dalamnya. Rasulullah bersabda:

 

اتق الله حيث ما كنت واتبع السيئة الحسنة تمحها

“ bertakwalah kepada Allah dimanapun kamu berada, dan iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya ia akan menghapuskan keburukan” (Shahih At-Targhib:2655)

 

Semoga Allah mengumpulkan kita dengan orang-orang shaleh, sekalipun kita tidak dapat beribadah di level mereka. Semoga kecintaan kita kepada Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam dan sahabat beliau menjadikan kita dibangkitkan dan dikumpulkan kelak bersama dengan beliau.

 

Wallahuta’ala a’lam.

berbagi ilmu

Silahkan bagikan ilmu ini pada yang lain!

Tinggalkan Komentar