[Bagian 2]
Mengapa penting bagi kita untuk mengajarkan sunnah kepada anak- anak kita?
1. Kewajiban orangtua untuk memberikan didikan terbaik kepada anak- anaknya.
Pendidikan agama secara keseluruhan harus kita sampaikan kepada anak- anak sekemampuan kita. Hal ini menjadi hak anak yang harus kita penuhi. Sebab, ketika sebagai orangtuanya ternyata lalai dalam mengajarkan hal ini kepada anaknya, maka kelak anak- anak akan menuntut kedua orangtuanya di hadapan Allah di akhirat.
2. Bekal anak menghadapi kehidupan mandirinya kelak
Di zaman yang serba canggih menjadi jalan terjadinya pergeseran akhlak karena semua hal dengan mudah bisa di akses dan bisa dijangkau meskipun terbentang jarak yang memisahkan. Sehingga, ketika sebagai orangtua khilaf untuk menanamkan adab dan akhlak sesuai sunnah, tidak menutup kemungkinan anak- anak akan terseret ke dalam pergeseran tersebut. Anak jadi jauh dengan Allah sebab dunia lebih kuat menarik anak- anak pada hal- hal yang bertentangan dengan syariat-Nya.
3. Membentuk anak- anak yang tangguh dan kokoh imannya
Sentuhan- sentuhan sunnah yang kita ajarkan pada anak- anak menjadi wasilah terjaganya mereka dari hal-hal yang buruk. Karena mereka sangat paham, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh mereka lakukan. Sebagiamana keburukan dan maksiat mengikis keimanan seseorang, maka ketika kebaikan yang kita ajarkan kepad aank- anak kita dan amalan- amalan sunnah kita ajarkan dan pada akhirnya menjadi cara hidup anak- anak kita, maka hal itu pun menjadi wasilah bagi kokoh dan tangguhnya keimanan di dada anak- anak kita terlebih menghadapi segala godaan syaithan dan ujian hidupnya.
4. Orangtua butuh amal jariyah
Tentu kita semua tidak menghendaki adanya diri kita yang sudah bersusah payah mengandung, melahirkan, menyusui, merawat dan membesarkan anak- anak kita dengan taruhan nyawa, derai airmata dan cucuran keringat hanya dipandangan Allah sebagai orangtua yang mandul.
“Rasulullah pernah bertanya kepada para sahabat: “Tahukah engkau siapakah yang mandul?” Para sahabat menjawab; “Orang yang mandul ialah orang yang tidak mempunyai anak”. Lalu Rasulullah bersabda; Orang yang mandul ialah orang yang mempunyai banyak anak, tetapi anak-anaknya tidak memberi manfaat kepadanya sesudah ia meninggal dunia.” (HR. Ahmad)
Maka, harapan orangtua adalah dari semua jerih payahnya mengurus anak- anaknya, mereka bisa mendapatkan manfaat dari apa yang sudah mereka upayakan. Dalam hal perniagaan saja tidak ada manusia yang mau mendapati kerugian di dalam perniagaannya, padahal ini hanya urusan dunia, apalagi kita sebagai orangtua tentu berharap adanya keuntungan dari apa yang sudah kita usahakan selama hidup kita di dunia untuk akhirat kita melalui anak- anak kita.
Dari Abu Hurairah ra. bahwa Nabi saw. bersabda:
“Sungguh seorang manusia akan ditinggikan derajatnya di surga (kelak), maka dia bertanya: “Bagaimana (aku bisa mencapai) semua ini?” Maka dikatakan padanya: “(Ini semua) disebabkan istighfar (permohonan ampun kepada Allah yang selalu diucapkan oleh) anakmu untukmu”.” (HR. Ibnu Majah)
Siapakah orang yang paling banyak beristighar selama hidupnya? Tidak lain adalah baginda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
“Tidaklah aku berada di pagi hari (antara terbit fajar hingga terbit matahari) kecuali aku beristigfar pada Allah sebanyak 100 kali.” (HR. An Nasa’i. Dishohihkan oleh Syaikh Al Albani di Silsilah Ash Shohihah no. 1600)
Dari Ibnu Umar, beliau mengatakan bahwa jika kami menghitung dzikir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam satu majelis, beliau mengucapkan,
‘Robbigfirliy wa tub ‘alayya, innaka antat tawwabur rohim’ [Ya Allah ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang] sebanyak 100 kali. (HR. Abu Daud. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no. 556)
Kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang setiap waktunya selalu diisi dengan istighfar bahkan sampai akhir hayat hidupnya pun beliau tidak lepas dari amalan tersebut. Sebagaimana beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu mengakhiri amalan-amalan sholihnya seperti shalat, haji, shalat malam dengan istigfar, beliau juga mengakhiri hidupnya dengan istighfar.
Dengan kita mengajarkan sunnah mengenai istighfar pada anak- anak kita maka insya Allah kita termasuk golongan orang tua yang Allah tinggikand erajatnya di akhirat oleh wasilah istighfar anak- anaknya.