Seringkali kita lengah sampai tidak terasa waktu begitu cepat berlalu dan bulan Ramadan pun hadir kembali di depan mata. Hati penuh harap menyambut Ramadan, tapi juga merasa resah. Di dalam benak menggelayut pertanyaan:

 

“Apakah aku siap bertemu Ramadan tahun ini?”

“Apakah aku bisa beribadah lebih baik dari tahun lalu? Atau justru stagnan, hanya sekadar menjalani ritual tanpa benar-benar merasakan maknanya?”

 

Keresahan dan kekhawatiran itu wajar dirasakan. Setiap tahun berjumpa Ramadan, setiap tahun pula berharap semoga Ramadan kali ini harus lebih baik dari sebelumnya. Namun nyatanya, kita memiliki kehidupan yang dipenuhi rutinitas dan aktivitas lain yang menyita perhatian. Ketika kesibukan dan berbagai tantangan tersebut muncul, tidak jarang kita sebagai muslimah merasa ibadahnya masih belum maksimal.

 

Selama hidupnya, seorang muslimah menjalani berbagai peran di masyarakat, yaitu sebagai anak, istri, ibu, pekerja, dan sebagainya. Setiap peran tersebut memiliki hak dan tanggung jawab tersendiri yang membuatnya harus membagi waktu dan tenaga. Seorang ibu misalnya, di bulan Ramadan menjadi bulan penuh tantangan baginya karena di hatinya mungkin ia ingin menambah amalan namun di saat yang bersamaan harus tetap mengurus keluarga, menyiapkan sahur dan berbuka, serta memastikan anak-anaknya tetap menjalani puasa dengan baik. Seorang pekerja pun mengalami dilema serupa, di satu sisi ingin memaksimalkan ibadahnya, tapi di sisi lain harus tetap profesional dalam pekerjaannya.

 

Berbagai gambaran kesibukan tersebut, tidak jarang memunculkan perasaan khawatir seperti : “Apakah ibadahku cukup? Apakah puasaku diterima?”. Kita perlu mengingat bahwa Allah akan melihat usaha dan niat setiap hamba-Nya, bukan sekadar banyaknya amalan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan” (HR. Bukhari & Muslim).

Di dalam Al-Quran pun disebutkan bahwa yang Allah nilai bukan sekadar kuantitas amal, melainkan kualitas amalnya:

ٱلَِّّذى َخلََقٱْلَمْوَتَوٱْلَحَيٰوةَِّلَيْبلَُوُكْمأَُّيُكْمأَْحَسُن َعَمًلَۚوهَُوٱْلَعِّزيُزٱْلغَفُوُر

“Yang menciptakan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Mulk : 2)

Setiap muslimah memiliki tantangan dan kondisi yang berbeda dalam menjalani Ramadan setiap tahunnya. Kita cenderung membandingkan diri sendiri dengan orang lain dalam hal ibadah yang terkadang membuat kita merasa tertinggal dan memunculkan perasaan kecil hati. Namun, setiap orang memiliki perjalanan spiritualnya masing-masing. Yang terpenting adalah terus berusaha memperbaiki diri sedikit demi sedikit. Allah tidak melihat siapa yang paling banyak ibadahnya, tetapi siapa yang paling ikhlas dan konsisten dalam kebaikan.

 

Jika Ramadan kali ini terasa berat atau ada kekhawatiran jika ini menjadi Ramadan terakhir kita, maka jangan biarkan ketakutan itu menjadi kecemasan berlebih yang mengurangi semangat beribadah kita. Jadikan itu sebagai pengingat untuk lebih memanfaatkan waktu yang tersisa. Setiap upaya dan setiap langkah kita berusaha mendekat pada Allah adalah sebuah perjalanan yang bermakna. Dalam perjalanan tersebut terselip harapan agar Ramadan ini membawa perubahan positif, harapan agar amalan diterima, dan harapan agar setelahnya kita bisa menjadi insan yang lebih baik.

 

Bila ibadah kita masih belum banyak maupun intens seperti orang lain, maka kita upayakan agar tidak berkecil hati atau menjadikan beban diri, karena setiap kebaikan maupun amal sekecil apapun tetap memiliki nilai di sisi Allah. Allah berfirman :

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَا لَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗ

وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَا لَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ

“Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat biji zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya” (QS. Az-Zalzalah : 7-8)

Tidak ada perjuangan yang sia-sia dalam mendekatkan diri pada Allah. Setiap Ramadan adalah kesempatan baru bagi seorang muslimah. Bukan untuk membandingkan diri dengan orang lain, tapi untuk menjadi versi terbaik dari diri seorang muslimah itu sendiri. Jadikan Ramadan ini momen untuk menumbuhkan kebiasaan baik yang harapannya akan terus tumbuh setelahnya. Mari kita jalani Ramadan kali ini dengan hati yang lapang, penuh harapan, dan keyakinan bahwa setiap langkah kecil menuju kebaikan selalu bernilai di sisi Allah. Semoga Ramadan tahun ini membawa keberkahan, ketenangan, dan perubahan positif bagi diri kita semua. Aamiin.

 

Penulis : Fauziah

Instagram : @papawziah14

berbagi ilmu

Silahkan bagikan ilmu ini pada yang lain!

Tinggalkan Komentar

WordPress Crafted with ♥ by faizONE.ID