Kiat-Kiat Mempertahankan Istiqomah dalam Kehidupan Sehari-hari
Mengenal Islam lebih dalam akan membuat kita menginginkan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Sejuknya ajaran-ajaran Islam akan mengantarkan kita semua kepada kenyamanan yang berharga. Dengan begitu, berhijrah dengan cara memperbaiki diri atau muhasabah diri adalah pilihan yang tepat untuk mencapai kenyamanan-kenyamanan itu. Memperbaiki dari cara beribadah, cara berpakaian, cara berinteraksi, dan cara bersosialisasi, semuanya mudah dilakukan. Namun, apakah kita bisa istiqomah dalam hal itu?
Sederhananya, istiqomah adalah beribadah di jalan yang lurus dan konsisten dalam ibadah tersebut serta menjauhkan diri dari hal-hal yang Allah subhanahu wa ta’ala tidak sukai. Istiqomah juga diartikan sebagai bentuk keteguhan hati dalam menjalankan perintah Allah subhanahu wa ta’ala dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Kunci Utama dalam Istiqomah
Perlu diketahui bahwa ayat terberat yang pernah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam terima adalah bukan ayat tentang perintah sholat, puasa, haji, ataupun berjihad, melainkan tentang istiqomah. Seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas,
“Tidak ada ayat yang lebih berat yang diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dibandingkan Surah Hud ayat 112.”
Dalam QS. Hud: 112 Allah Ta’ala telah berfirman,
فَاسۡتَقِمۡ كَمَاۤ اُمِرۡتَ وَمَنۡ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطۡغَوۡا ؕ اِنَّهٗ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ بَصِيۡرٌ
“Maka tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertobat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh, Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
Dari sinilah kita mengetahui bahwa perintah terberat adalah istiqomah dalam melakukan hal-hal baik. Istiqomah dalam sholat, dalam berpuasa, dalam beramal shalih, dalam berbakti kepada orang tua, bahkan istiqomah dalam mengendalikan emosi. Dengan konsistensi istiqomah, kita akan tumbuh dan bertransformasi menjadi pribadi yang lebih baik.
Karena amalan istiqomah ini sangatlah berat, ada satu kunci yang tidak boleh kita lewati. Kunci ini telah disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam secara gamblang.
Dari Anas radhiyallahu anhu, Nabi ‘shallallahu alaihi wasallam bersabda,
لَا يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ وَلَا يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ وَلَا يَدْخُلُ رَجُلٌ الْجَنَّةَ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِق
“Tidaklah istiqomah iman seorang hamba sampai istiqomah hatinya, dan tidaklah istiqomah hatinya sampai istiqomah lisannya.” (HR. Imam Ahmad)
Kunci keistiqomahan kita adalah ada pada hati. Siapkan hati kita untuk istiqomah dahulu, perbaiki dan jaga hati kita jika ingin benar-benar berhasil istiqomah. Jika hatinya baik, semuanya akan ikut baik. Namun, jika hatinya buruk, semuanya juga akan ikut buruk. Maka, inilah pentingnya menjaga hati agar selalu melakukan hal-hal yang baik. Ibaratnya, hati adalah poros utama manusia yang akan mencerminkan sikap-sikap manusia tersebut.
Kiat-kiat Mempertahankan Istiqomah
Meskipun banyak tantangan dalam mengusahakan istiqomah, sebagai muslim dan Muslimah yang siap untuk memperbaiki diri, kita tetap harus beberapa langkah atau kiat-kiat dalam menjaga keistiqomahan. Apa sajakah kiat-kiat tersebut?
1. Memiliki Niat yang Kuat dan Semata Hanya Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
“Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Niat adalah kunci utama dalam setiap tindakan, terutama dalam hal beribadah. Mengusahakan agar selalu istiqomah tidaklah mudah apabila niat kita tidak kuat dan hanya untuk meminta validasi dari manusia semata. Maka dari itu, kita perlu memperbaiki niat kita agar semua ibadah yang kita lakukan ini hanyalah untuk mendapatkan ridha Allah subhanahu wa ta’ala. Dengan begitu, kita akan selalu mendapatkan keberanian dan kekuatan dalam menghadapi rintangan serta godaan. Ini akan membantu kita dalam mengingat kembali tujuan hidup kita dan menjaga keistiqomahan yang sedang kita usahakan.
2. Pahami dan Amalkan Dua Kalimat Syahadat dengan Benar
Dalam QS. Ibrahim: 27 Allah Ta’ala telah berfirman,
يُثَبِّتُ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِى الْاٰخِرَةِۚ وَيُضِلُّ اللّٰهُ الظّٰلِمِيْنَۗ وَيَفْعَلُ اللّٰهُ مَا يَشَاۤءُ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.”
Maksud dari ayat di atas adalah Allah meneguhkan orang-orang yang beriman di dunia dengan cara meneguhkan mereka dalam hal kebaikan dan amalan shalih. Sedangkan di akhirat nanti, mereka akan diteguhkan di kubur, ketika mereka menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir. Ini dikatakan oleh Qotadah As-Sadusi yang telah diriwayatkan oleh ulama salaf lainnya.
Lalu, mengapa Allah bisa meneguhkan orang-orang yang beriman di dunia dengan terus melakukan kebaikan dan di akhirat dapat menjawab pertanyaan dari malaikat seperti pertanyaan “Siapa Rabb-mu? Siapa Nabimu? Apa agamamu?” Jawabannya karena selama hidupnya, orang-orang beriman dapat memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat dengan baik. Mereka memenuhi rukun dan syaratnya, menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Berdasarkan penjelasan di atas, memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat adalah salah satu kiat penting dalam menjaga keistiqomahan. Ini akan membantu kita dalam upaya untuk memperbaiki diri dengan cara belajar agama untuk memperbaiki akidah, memahami dan mendalami tauhid, serta menjauhkan diri dari kesyirikan.
3. Merenungkan Isi Al-Qur’an
Allah telah berfirman dalam QS. An-Nahl: 102,
قُلْ نَزَّلَهٗ رُوْحُ الْقُدُسِ مِنْ رَّبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَهُدًى وَّبُشْرٰى لِلْمُسْلِمِيْنَ
“Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur’an itu dari Rabbmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.
Allah dapat meneguhkan hati orang-orang yang beriman dengan Al-Qur’an karena Al-Qur’an adalah petunjuk atau pedoman bagi orang-orang yang selalu ingin berada di jalan Allah subhanahu wa ta’ala.
Allah juga berfirman dalam QS. Al-Furqon: 32,
وَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْاٰنُ جُمْلَةً وَّاحِدَةً ۛ كَذٰلِكَ ۛ لِنُثَبِّتَ بِهٖ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنٰهُ تَرْتِيْلًا
“Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).”
Alasan Al-Qur’an diturunkan berangsur-angsur dan tidak langsung sekali turun karena Allah ingin meneguhkan hati dan menambah ketenangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan ayat-ayat yang terpisah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan lebih mudah memahami dan membawa ayat-ayat tersebut karena Allah subhanahu wa ta’ala juga menjelaskan isi ayatnya dengan akurat dan pelan-pelan.
Selain kedua ayat di atas, Allah Ta’ala juga berfirman dalam QS. Fushilat: 44,
هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ
“Al Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.”
Karena Al-Qur’an adalah petunjuk dan obat bagi orang-orang yang sedang mengalami keraguan, maka Al-Qur’an dapat memperkuat hati kita agar selalu berbuat kebaikan.
Dengan adanya ketiga dalil di atas, sudah sepantasnya kita memulai untuk mengkaji isi Al-Qur’an. Orang-orang yang memahami isi Al-Qur’an pasti akan lebih tenang dan istiqomah dalam melakukan amalan shalih.
4. Konsisten dalam Menjalankan Syari’at Allah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang rutin dilakukan walaupun itu sedikit.”
Dari hadits ini kita bisa mengetahui bahwa amalan sekecil apapun jika kita rutin melakukannya, maka Allah akan lebih menyukainya daripada amalan yang bernilai besar namun hanya sesekali saja dilakukan. Hadits ini mengingatkan kita untuk tidak putus asa di tengah amalan-amalan shalih yang sedang kita kerjakan. Amalan-amalan yang rutin dilakukan akan membuat kita semakin dekat dengan Allah sehingga kita bisa memperbaiki niat dalam beribadah.
Selain itu, amalan yang selalu dilakukan akan mencegah kita dari lemahnya iman (futur). Jika memang belum bisa melakukan amalan yang besar, mulailah untuk rutin melakukan amalan-amalan kecil terlebih dahulu. Meskipun kecil, namun jika dilakukan terus-menerus, rasa malas pun enggan untuk bersemayam pada diri kita. Itulah mengapa amalan yang rutin dilakukan akan membuat kita semakin rajin dalam beribadah.
5. Meneladani Kisah-kisah Orang Shalih
Salah satu sumber yang memiliki banyak kisah-kisah orang shalih adalah Al-Qur’an. Banyak cerita tentang para nabi, sahabat nabi, dan orang-orang berpengaruh dalam Islam yang tertulis di Al-Qur’an.
Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Hud: 11,
وَكُلًّا نَّقُصُّ عَلَيۡكَ مِنۡ اَنۡۢبَآءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهٖ فُؤَادَكَ ۚ وَجَآءَكَ فِىۡ هٰذِهِ الۡحَـقُّ وَمَوۡعِظَةٌ وَّذِكۡرٰى لِلۡمُؤۡمِنِيۡنَ
“Dan semua kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat dan peringatan bagi orang yang beriman.”
Allah menyampaikan cerita-cerita orang terdahulu dengan tujuan untuk meneguhkan hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menyampaikan tugas risalah.
Salah satu contoh yang bisa kita teladani adalah kisah Nabi Musa ‘alaihis salam dalam QS. Asy-Su’ara: 61-62,
فَلَمَّا تَرَاءَى الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا لَمُدْرَكُونَ, قَالَ كَلا إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ
“Maka ketika kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa, “Kita benar-benar akan tersusul.” Dia (Musa) menjawab, “Sekali-kali tidak akan (tersusul); sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.”
Kedua ayat ini mengajarkan kita untuk tetap percaya kepada Allah dan jangan khawatir berlebihan. Ingatlah bahwa Allah selalu bersama kita dan tidak mungkin meninggalkan kita. Yang bisa kita lakukan adalah meyakini adanya pertolongan dari Allah akan selalu datang di situasi apapun.
Inilah alasan mengapa merenungi ayat-ayat Al-Qur’an sangat penting karena kita akan mendapatkan pelajaran-pelajaran baru yang bisa kita aplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari. Kisah-kisah orang shalih yang tercantum di Al-Qur’an akan mengantarkan kita kepada semangat beribadah dan terhindar dari rasa takut atau gelisah.
6. Selalu Berdoa Agar Dijaga Keistiqomahannya
Kita adalah manusia yang memiliki kelemahan dan tidak mungkin bisa bertahan tanpa pertolongan Allah. Untuk menjaga keistiqomahan ini, kita juga perlu berdoa agar selalu diberi kekuatan dalam menjaga amalan-amalan shalih yang sedang dikerjakan. Rahmat dan pertolongan Allah akan memudahkan kita dalam mengerjakan kebaikan secara konsisten.
Doa yang biasa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam panjatkan untuk meminta diteguhkan hatinya:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa hati manusia berada di jari-jemari Allah. Siapapun yang Allah kehendaki, maka Allah akan meneguhkan imannya. Dengan kata lain, jika kita selalu berdoa, Allah pasti akan membantu jalan kita dalam hal kebaikan.
7. Bergaul dengan Orang-orang yang Shalih
Kita sering mendengar kalimat “Lingkungan mempengaruhi perilaku seseorang”. Itu memang benar adanya. Lingkungan yang baik akan membawa diri kita menjadi pribadi yang lebih baik. Sebaliknya, lingkungan yang buruk akan menggerus perlahan nilai-nilai kebaikan yang ada pada diri kita.
Allah Ta’ala berfirman dalam QS. At-Taubah: 119, memerintahkan kepada kita agar bergaul dengan orang-orang shalih:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوۡنُوۡا مَعَ الصّٰدِقِيۡنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga menganjurkan kepada kita untuk bergaul dengan orang-orang yang selalu menebar kebaikan dan bisa membantu kita dalam hal kebaikan serta melarang kita untuk berteman dengan orang-orang yang berpotensi merusak nilai-nilai agama. Maka dari itu, secara sadar kita perlu untuk memilih teman dan lingkungan yang tepat sehingga tidak mengganggu keistiqomahan.
Itulah beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk mempertahankan istiqomah. Memang, mempertahankan istiqomah tidaklah mudah. Ingatkan kepada diri sendiri bahwa istiqomah berarti selalu berusaha memperbaiki diri dan tidak menyerah di tengah jalan kebaikan. Semog akita semua selalu diberi kekuatan dalam menghadapi rintangan dan godaan sehingga kita bisa menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Sumber:
https://www.youtube.com/live/wQao4-J9aIs?si=NyB-Yyx7hqw8UsKo
https://rumaysho.com/731-kiat-agar-tetap-istiqomah-seri-1.html
https://rumaysho.com/733-kiat-agar-tetap-istiqomah-seri-2.html