[BAGIAN 2]

Hadis dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam juga memberikan penjelasan tentang pemaafan. Nabi Muhammad merupakan sosok yang sangat memaafkan bahkan kepada mereka yang menyakitinya secara pribadi. Hadis mengajarkan umat Islam untuk meneladani sifat pemaafan dan kesabaran Nabi Muhammad. Dari Jabir Radhiyallahu ‘anhu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ رَجُلاً أَتَانِى وَأَنَا نَائِمٌ فَأَخَذَ السَّيْفَ فَاسْتَيْقَظْتُ وَهُوَ قَائِمٌ عَلَى رَأْسِى فَلَمْ أَشْعُرْ إِلاَّ وَالسَّيْفُ صَلْتًا فِى يَدِهِ .فَقَالَ لِى: مَنْ يَمْنَعُكَ مِنِّىّ. قَالَ قُلْتُ: اللَّهُ. ثُمَّ قَالَ فِى الثَّانِيَةِ: مَنْ يَمْنَعُكَ مِنِّى. قَالَ قُلْتُ: اللَّهُ . قَالَ فَشَامَ السَّيْفَ فَهَا هُوَ ذَا جَالِسٌ. ثُمَّ لَمْ يَعْرِضْ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم» [أخرجه البخاري و مسلم]

Artinya: “Ada seseorang yang datang padaku dan ketika itu aku sedang tertidur, lalu dirinya menghunuskan pedang, aku pun terbangun, dan dia berdiri tepat diatas kepalaku namun aku tidak merasakannya dengan pedang terhunus yang berada ditangannya. Kemudian dia berkata padaku, “Siapakah sekarang yang akan membelamu? Aku menjawab, “Allah”. Kemudian dia mengulangi kembali, “Siapakah yang akan menolongmu? Aku menjawab kembali, “Allah”. Beliau mengatakan, “Seketika itu ia menyarungkan pedangnya, lalu dirinya duduk dan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam tidak membalasnya”. (HR Bukhari no: 2910. Muslim no: 843). Dalam redaksi lain, “Kemudian Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam tidak menyakiti orang tersebut”.

McCullough (2000), seorang tokoh psikologi mendefinisikan pemaafan sebagai penurunan perasaan negatif terhadap pelaku, penurunan dorongan untuk membalas atau menghindari pelaku serta peningkatan dorongan untuk berbuat baik pada pelaku. Apabila ditinjau dalam ilmu psikologi, perilaku memaafkan memberikan banyak dampak positif terhadap kesejahteraan psikologis seseorang. Mustary (2021) mengungkap bahwa perilaku yang dianggap sebagai motivasi atau dorongan untuk berdamai dan membebaskan respon negatif atas perilaku tidak menyenangkan yang diterima dari orang lain berpengaruh dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis seseorang, yakni terhadap perubahan pola pikir, respon emosi, dan perilaku yang negatif kepada respon yang lebih positif. Lubis, Adelia, Oksanda, dan Nashori (2023) yang melakukan penelitian pada mahasiswa juga mengungkap bahwa semakin tinggi tingkat pemaafan yang dimiliki maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan psikologisnya. Lebih lanjut, Lubis dkk. (2023) menjelaskan bahwa indikator pemaafan terhadap orang lain dan pemaafan terhadap situasi memiliki pengaruh besar pada peningkatan kesejahteraan psikologis.

Selain itu, pemaafan memiliki daya untuk mengurangi tingkat stres. Memaafkan bukan hanya tentang mengabaikan perasaan negatif, tetapi juga tentang mengatasi mereka dengan cara yang konstruktif. Dengan merelakan dendam dan kemarahan seseorang mengurangi beban pikiran yang dapat menghambat fungsi kognitif dan keseimbangan emosional. Atmasari, Karmiyati, dan Suryaningrum (2016) mengungkap bahwa pemaafan yang dimoderasi lokus kendali internal memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat stres pada perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga. Selain itu, penelitian lain juga mengungkap bahwa pemaafan juga dapat menurunkan tingkat stres kerja pada seseorang (Rahmawati & Fahmie, 2017).

Dalam Islam, pemaafan tidak hanya dianggap sebagai sifat terpuji, tetapi juga sebagai tuntutan agama. Pemaafan adalah salah satu aspek dari “akhlak” atau etika Islami yang menekankan pentingnya berperilaku baik dan sabar terhadap orang lain. Konsep pemaafan yang ditemukan dalam Al-Quran dan hadis memberikan dasar untuk praktik dalam kehidupan sehari-hari sebagai seorang Muslim. Pemaafan dalam Islam bukan hanya sekadar tindakan baik tetapi juga merupakan jalan untuk mencapai kedamaian batin dan keberkahan hidup. Dengan memaafkan, seseorang dapat membersihkan hatinya dari kebencian dan dendam serta menciptakan lingkungan sosial yang harmonis dan meraih kesejahteraan psikologis.

Daftar Pustaka

 

Atmasari, A., Karmiyati, D., dan Suryaningrum, C. (2016). Pengaruh pemaafan terhadap tingkat stres ditinjau dari lokus kendali pada perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga. Jurnal Tambora, 1(3), 32-45. https://dx.doi.org/10.36761/jt.v1i3.140

 

Lubis, N.S.J., Adelia, D.R., Oksanda, E., dan Nashori, F. (2023). Pemaafan dan kesejahteraan psikologis pada mahasiswa Yogyakarta. Indonesian Journal of Psychological Studies, 1(1), 1-12.

 

McCullough, M. E. (2000). Forgiveness as human strength: Theory, measurement, and links to well-being. Journal of Social and Clinical Psychology, 19, 43-55. doi: 10.1521/jscp.2000.19.1.43

 

Mustary, E. (2021). Pemaafan dan kesejahteraan psikologis individu. Indonesian Journal of Islamic Counseling, 3(2), 70-75.

 

Rahmawati, V. & Fahmie, A. (2017). Naskah publikasi: Hubungan antara pemaafan dan stres kerja pada karyawan generasi Y di Bank X [File Word]. Universitas Islam Indonesia.

Penulis :

Shafira Dhaisani Sutra (Mahasiswi Psikologi, Universitas Islam Indonesia)

berbagi ilmu

Silahkan bagikan ilmu ini pada yang lain!

Tinggalkan Komentar