[Bagian 2]

Bagaimana kita sebagai seorang istri dalam mengatur emosi negatif berhadapan dengan suami?

Memunculkan mentalitas istri solehah

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

 

قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ

Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci.”

Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:

 

أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِنِسَائِكُمْ فِي الْجَنَّةِ؟قُلْنَا بَلَى يَا رَسُوْلَ الله كُلُّ وَدُوْدٍ وَلُوْدٍ، إِذَا غَضِبَتْ أَوْ أُسِيْءَ إِلَيْهَا أَوْ غَضِبَ زَوْجُهَا، قَالَتْ: هَذِهِ يَدِيْ فِي يَدِكَ، لاَ أَكْتَحِلُ بِغَمْضٍ حَتَّى تَرْضَى

“Maukah kalian aku beritahu tentang istri-istri kalian di dalam surga?” Mereka menjawab: “Tentu saja wahai Rasulullaah!” Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Wanita yang penyayang lagi subur. Apabila ia marah, atau diperlakukan buruk atau suaminya marah kepadanya, ia berkata: “Ini tanganku di atas tanganmu, mataku tidak akan bisa terpejam hingga engkau ridha.”

Bagaimana caranya memunculkan mentalitas seorang istri shalehah?

1. Membiasakan taat pada Allah

Allah Ta’ ala berfirman:

 

فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ

“Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).”

2. Niat yang benar dan lurus

Ketika hendak menikah, seorang Wanita haruslah meluruskan niatnya, bahwa dirinya menikah karena berharap ridha Allah melalui ridha suaminya. Sehingga, saat dalam keadaan marah atau kesal kepada suami, ia mampu mengatur perasaannya itu dengan ilmu dan iman, untuk menjauhkannya dari nusyuz terhadap suaminya.

3. Impian yang diperjuangkan

Surga adalah impian seluruh umat muslim dan Muslimah. Saat ditanya, “ Mau masuk surga?” pasti jawabannya tidak akan meleset dari kata.” Iya, saya mau..”

 

Maka, ketika dalam keadaan marah seorang istri harus mengingat  bahwa upayanya dalam mengendalikan diri untuk tetap bebruat baik terhadap suaminya adalah untuk dirinya sendiri sebagai upaya mewujudkan impiannya, ingin masuk sruga Allah. Sehingga tidak ada lagi perasaan, “ Koq enak betul suami, sudah berlaku yang tidak menyenangkan tapi  masih aku perlakukan baik”. Karena berbuat baiknya seorang istri ketika itu bukanlah untuk suaminya, akan tetapi demi akhiratnya sendiri.

 

Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:

 

أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِنِسَائِكُمْ فِي الْجَنَّةِ؟قُلْنَا بَلَى يَا رَسُوْلَ الله كُلُّ وَدُوْدٍ وَلُوْدٍ، إِذَا غَضِبَتْ أَوْ أُسِيْءَ إِلَيْهَا أَوْ غَضِبَ زَوْجُهَا، قَالَتْ: هَذِهِ يَدِيْ فِي يَدِكَ، لاَ أَكْتَحِلُ بِغَمْضٍ حَتَّى تَرْضَى

“Maukah kalian aku beritahu tentang istri-istri kalian di dalam surga?” Mereka menjawab: “Tentu saja wahai Rasulullaah!” Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Wanita yang penyayang lagi subur. Apabila ia marah, atau diperlakukan buruk atau suaminya marah kepadanya, ia berkata: “Ini tanganku di atas tanganmu, mataku tidak akan bisa terpejam hingga engkau ridha.”

4. Mengedepankan akal pikiran dibandingkan perasaan

Allah Ta’ala berfirman:

 

وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ

“Dan mereka berkata: ‘Seandainya dulu kami di dunia mau mendengarkan dan mau menggunakan akal kami untuk memahami petunjuk Allah, maka mestinya sekarang kami tidak termasuk kedalam penghuni neraka yang menyala-nyala.’”

Wanita seringkali bersembunyi dibalik pemakluman anggapan bahwa wanita itu makhluk yang dominan perasaannnya. Padahal Allah menjadikan Wanita dan pria itu sebagai makhluk yang memilik akal. Dengan akal itu setiap manusia bisa berfikir dan memilah mana yang baik dan buruk, mana yang benar dan salah atas keputusan Tindakan yang ia ambil di suatu situasi yang ia alami.

 

Wanita sholehah terbiasa mempergunakan akalnya sehingga perasaannya diatur oleh iman dan akal pikirannya. Tidak melakukan sesuatu hanya berdasarkan nafsu semata, akan tetapi berdasarkan ilmu yang ia miliki. Dan istri shalehah sangat berhsti- hati dalam bersikap terhadap suaminya. Sebab, apabila salah dalam mengambil keputusan untuk bagaimana seharusnya berlaku terhadap suaminya, maka surga yang ia impikan bisa pupus darinya.

 

5. Komunikasikan dengan suami

Masalah yang membuat marah hadir di hati seorang istri haruslah dikomunikasikan dengan baik kepada suaminya. Sehingga apa yang menjadi ganjalan hatinya, uneg- uneg istri yang membebani hatinya tidak meledak layaknya bom waktu karena disimpan dn menumpuk di dalam hati. Bukan hanya tidak menyehatkan hubungannya dengan suaminya saja, tapi juga sangat mem-engaruhi psikis dari istri itu sendiri.

 

Harapannya, dengan dibicarakan dengan kepala dingin dan disertai cara yang ma’ruf, suami bisa menerima dan mau merubah prilaku yang kurang disukai istrinya tersebut.

berbagi ilmu

Silahkan bagikan ilmu ini pada yang lain!

Tinggalkan Komentar