[BAGIAN 1]

Pengertian Bahagia di Dalam Rumah Tangga

 

Bahagia menurut KBBI adalah keadaan atau perasaan senang dan tentram yang terbebas dari segala kesusahan. Bahagia di dalam rumah tangga berarti keadaan dimana rumah tangga yang dijalani tentram dan terbebas dari segala kesusahan.

Menurut ajaran Islam, rumah tangga yang bahagia adalah rumah tangga yang diliputi sakinah (ketentraman jiwa), mawaddah (rasa cinta) dan rahmah (kasih sayang).

Allah Ta’ala berfirman.

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.” [Ar-Ruum/30 : 21]

Maka berangkat dari sini, sesungguhnya Allah memberikan pasangan kepada kita adalah untuk membuat hidup kita bahagia, tentram penuh rasa cinta dan kasih sayang. Dengan menikah dan punya suami, Allah sudah menetapkan akan ada rasa nyaman yang kita rasakan. 

 

Nah, ketika ternyata saat sudah punya pasangan seorang istri tidak merasakan hal yang Allah janjikan tersebut, inimenjadi pertanyaan besar, dimana letak salahnya? Dimana kelirunya? Artinya, bisa jadi ada syarat yang belum terpenuhi dari untuk wujudnya apa yang Allah janjikan tersebut. Ada hal- hal yang belum dilakukan oleh seorang istri di dalam perannya tersebut terhadap suaminya.

Persiapan

Yang harus ada di dalam diri seorang istri untuk sukses melukis bahagia di dalam rumah tangganya:

 

  1. Niat

Melakukan setiap ihkitar meraih bahagia di dalam rumah tangga diniatkan karena ingin meraih keridhaan Allah. Ketika Allah ridha, Allah akan memberikan apapun pada kita insya Allah termasuk menghadirkan cinta dan kasih sayang di hati suami dalam porsi yang banyak dan besar, sehingga kita pada akhirnya bisa merasakan kenyamanan bersama pasangan.

 

  1. Kesadaran bahwa upaya yang dilakukan merupakan ibadah kepada Allah.

Kendala para istri untuk melakukan upaya melukis bahagia di dalam rumah tangganya adalah merasa gengsi, merasa dirinya bakal rendah, direndahkan bahkan diinjak- injak oleh suami karena ketundukannya, ketaatannya terhadap suaminya. “Nanti suamiku jadi besar kepala kalau diperlakukan seperti itu.”, ini yang menjadi tembok tinggi yang menghalangi istri untuk mudah dalam hal mematuhi suaminya.

 

Allah yang menetapkan hak-hak suami begitu besar untuk ditunaikan seorang istri. Apa- apa yang dilakukan istri di dalam upayanya memenuhi hak- hak suaminya menjadi ibadah bagi seorang istri yang mempunyai nilai pahala yang besar pula di sisi Allah.

 

Allah ta’ala berfirman yang artinya:

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.” (QS. An Nisa’: 34)

Allah menyatakan dari lisan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam:

 

“Seandainya aku memerintahkan seseorang untuk sujud pada yang lain, maka tentu aku akan memerintah para wanita untuk sujud pada suaminya karena Allah telah menjadikan begitu besarnya hak suami yang menjadi kewajiban istri”

(HR. Abu Daud no. 2140, Tirmidzi no. 1159, Ibnu Majah no. 1852 dan Ahmad 4: 381. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

 

Dari hadits ‘Aisyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

Akan tetapi, pahalanya tergantung pada usaha yang dikorbankan.”

(HR. Muslim, no. 1211).

 

Al Hushoin bin Mihshan menceritakan bahwa bibinya pernah datang ke tempat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena satu keperluan. Seselesainya dari keperluan tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya,

Apakah engkau sudah bersuami?” Bibi Al-Hushain menjawab, “Sudah.” “Bagaimana (sikap) engkau terhadap suamimu?”, tanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lagi. Ia menjawab, “Aku tidak pernah mengurangi haknya kecuali dalam perkara yang aku tidak mampu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR. Ahmad 4: 341 dan selainnya. Hadits ini shahih sebagaimana kata Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1933)

Jika ada yang bilang, taat pada suami sangat berat, itu benar adanya. Sebab pegorbanan yang harus dilakukan sungguh luar biasa besar. Apakah ada pengorbanan yang lebih dahsyat dibandingkan berkorban perasaan? Apa ada yang lebih besar perjuangannya selain mengalahkan bahkan mengesampingkan ego sendiri?

 

Semua balik lagi pada hadits:

 

Anas bin Malik -raḍiyallāhu ‘anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda,

 

 “Sesungguhnya besarnya pahala tergantung pada besarnya ujian, dan jika Allah mencintai suatu kaum, Dia pasti menguji mereka; siapa yang rida maka baginya keridaan (Allah) dan siapa yang murka maka baginya kemurkaan (Allah).” 

(HSR . Ibnu Mājah)

 

  1. Ilmu

Untuk bisa menciptakan rasa bahagia di dalam rumah tangga kita butuh ilmunya. Tentu saja menyangkut ilmu agama mengenai hak dan kewajiban suami dan istri, ilmu agama yang mengatur tentang keluarga dan muamalah suami dan istri, ditunjang dengan ilmu yang memuat tentang cara berkomunikasi yang baik, ilmu mengatur rumah tangga, ilmu mengatur keuangan, dll.

 

  1. Kelemah- lembutan

Seorang wanita identik dengan siat lemah lembut yang dimilikinya. Hal ini menjadi senjata yang Allah berikan terhadap wanita untuk mampu meluluhkan hati suami dan menjadikan tumbuhnya rasa kasih sayang dan cinta di hati suami. Keindahan wanita itu ada pada kelemah lembutannya.

Dalam hadits shahih riwayat Imam no.2594 dari Aisyah, Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda.

Sungguh, segala sesuatu yang dihiasi kelembutan akan nampak indah. Sebaliknya, tanpa kelembutan segala sesuatu akan nampak jelek”

Wahai Aisyah, sesunguhnya Allah itu Mahalembut dan mencintai kelembutan. Allah memberi kepada kelembutan hal-hal yang tidak diberikan kepada kekerasan dan sifat-sifat lainnya” (HR. Muslim Hadits no. 2593)

Tanpa adanya kelemah lembutan yang dimiliki seorang istri, sikap dan bicara yang kasar dan keras hanya akan membuat suami menjauh.

Allah Ta’ala berfirman.

Dengan sebab rahmat Allah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentu mereka menjauh dari sekelilingmu” [Ali Imran/3 : 159]

 

  1. Kesabaran

Sabar adalah menahan diri, lisan dan seluruh anggota tubuh untuk melakukan keburukan, disertai rasa hati yang menerima dan menjalani keadaan sembari mengupayakan kebaikan sampai ketetapan Allah tiba.

 

Ketika kita inginkan bahagia di dalam rumah tangga, maka kita harus sabar ketika berikhtar melukiskan warna demi warna di kehidupan rumah tangga kita. Karena tanpa kesabaran, mustahil apa yang kita rintis untuk jadi nyata itu bisa terwujud. Seorang pelukis saja harus sabar menguaskan tiap goresan dalam membentuk gambar kemudian harus hati- hati dan penuh kesabaran menguaskan warna di tiap detil gambar yang ingin dibuatnya sehingga pada akhirnya terciptalah gambar yang indah.

 

Banyak istri ingin bahagia dengan waktu yang instan. Ingin suaminya berubah dalam waktu singkat. Untuk bisa membuat lubang pada batu kita tidak bisa membenturkannya dengan batu, dia pasti pecah. Namun dengan tetesan air yang terus menerus di waktu yang panjang, batu akan berlubang namun tidak memecahkan/menghancurkannya. Apalagi kita berhadapan dengan hati manusia yang sedang dalam keadaan keras, kita butuh waktu untuk menetesinya dengan tetesan kasih sayang dan cinta yang tulus hingga pada akhirnya hati suami tersentuh lalu hatinya mulai bertumbuh tunas cinta dan kasih sayang. Semakin lama semakin membesar kepada istrinya karena kelembutan, kesabaran dan akhlak karimah istri solehah yang dimilikinya.

 

Dari Abu Hurairah radyallahu anhu, Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya kalian tidak bisa menarik hati manusia dengan harta kalian. Akan tetapi kalian bisa menarik hati mereka dengan wajah berseri dan akhlak yang mulia.”

(HSR. Al-Hakim no. 428)

 

berbagi ilmu

Silahkan bagikan ilmu ini pada yang lain!

Tinggalkan Komentar