[Bagian 4]

 

Bagaimana mengajarkan sunnah pada anak- anak yang sudah besar/ aqil baligh?

 

 1. Lakukan pendekatan secara heart to heart ke anak.

Di sini berarti kita sebagai orang tua harus membangun ikatan hati yang kuat dengan anak. Sehingga anak mencintai orangtuanya sebagaimana cinta orangtua kepadanya. Anak benar- benar merasakn bahwa, ‘ Oh, ortu aku tuh sayang dan cinta banget sama aku.” Ini yang harus mampu kita bangun dengan anak, hubungan yang kental dengan cinta kasih. Seperti juga hal demikian yang Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bangun dengan para sahabat dan pengikut beliau, sehingga apa saja yang Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam ajarkan diterima dan dilaksanakan dengan baik.

 

 2. Ajak anak berdiskusi

Anak- anak kita yang sudah baligh, akal mereka sudah sempurna. Insya Allah dengan pendekatan yang baik, dengan sentuhan kasih sayang dan kelembutan serta ketegasan kita, anak bisa menerima kebaikan atas apa yang ingin kita terapkan kepadanya. Ajak anak diskusi mengenai siapa sebenarnya Rasulullah halallahu alaihi wa sallam, mengapa kita harus mencontoh beliau, apa saja yang kita dapatkan ketika kita mengikuti sunnah- sunnah beliau dan kita bahas per poin dengan anak untuk sunnah apa yang harus diamalkan.

 

 3. Ciptakan momentum di dalam keluarga

Ketika anak- anak sudah besar, tentu menjadi sesuatu yang sulit untuk kita memantau apa saja yang mereka lakukan, maka ikhtiar kita dalam mengajarkan sunnah adalah dengan menciptakan momentum/ setelah ada pengajaran, misalkan sunnah dan adab makan, maka kita buatlah aturan untuk adanya makan bersama sehingga disana bisa kita terapkan sunnah dan adab makan. Ketik pelajaran mengenai sunnah keluar rumah, maka kita ciptakan kebiasaan anak ketika keluar rumah harus izin dengan ortu sehingga kita bisa ingatkan bagaimana sunnahnya ketika keluar rumah. Pada saat  naik kendaraan, dll. Sehingga anak tidak merasa diintimidasi dalam pelaksanaan sunnah yang ingin kita hidupkan pada diri anak.

 

 4. Beri contoh keseharian pada anak tentang sunnah

Sangat penting untuk kita sebagai orang tua memberikan contoh di keseharian kita akan sunnah- sunnah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. Anak- anak yang sampai besar atau usia dewasanya belum megenal sunnah, biasanya hal ini terjadi karena beberapa faktor antara lain karena orangtua tidak mendapati ilmunya tentang pentingnya menanamkan sunnah pada anak ketika anak masih kecil, karena anak ketika kecil tidak banyak diasuh oleh ibunya, atau yang paling sering adalah karena ortu yang baru hijrah sehingga baru kenal sunnah dan baru mengetahui pentingnya sunnah di dalam keseharian.

 

 5. Sabar dan berlapang dada dengan sikap anak

Terkadang karena hal ini baru diterapkan ketika besarnya sementara anak sudah memiliki kebiasaan yang berbeda semenjak kecilnya, anak menunjukkan keadaan letihnya atau bosannya didalam melaksanakan apa yang kita ajarkan. Hal ini wajar, kita harus sabar dan menyadari bahwa hal ini terjadi juga atas wasilah kekhilafan kita sebagai ortu yang tidak mendidikkan hal ini semenjak mereka kecil.

 

Tips istiqomah mengajarkan sunnah

 

Ketika kita bicara tentang mengukir, artinya sesuatu yang ditorehkan itu sangat membekas pada objeknya. Contoh, seorang pemahat dengan segala daya dan kemampuan berupaya membuat pahatan pada sepotong kayu, maka apa yang dilakukannya itu akan membentuk sesuatu yang tidak akan berubah sampai kapanpun kecuali pada saat kayu tersebut punah.

 

Saat kita berniat mengukir sunnah pada anak- anak kita, maka hasil yang ingin kita capai adalah sesuatu yang long lasting alias seumur hidup anak. Dengan mengetahui pencapaian yang ingin diraih, maka kita akan siap insya Allah dengan segala konsekuensi yang pasti kita dapati selama menjalankan ikhitar kita.  Maka, istiqomah hanya bisa kita raih insya Allah ketika kita selalu meletakkan tujuan yang ingin kita raih selama mengajarkan sunnah kepada anak- anak kita di depan mata kita, 5 cm jaraknya dari pandangan kita. Sehingga kita yang mulai surut semangatnya kembali penuh semangat. Ya, betapa ridha Allah adalah jalan dimana kita bisa meraih surga tertinggi Allah dan kelak bisa bertemu dan menatap wajah Allah.

 

Hadirkan kerinduan yang sangat terhadap Allah untuk mensupport jiwa kita kuat dan tegar mengajarkan semua hal baik kepada anak termasuk dalam hal mengajarkan sunnah.

 

Bukankah, ketika ada seseorang yang misterius, yang selalu menolong kita di saat sulit, yang selalu membantu ketika kita ada masalah tak peduli besar atau kecil masalah kita, yang selalu kita sebut- sebut kebaikan dan namanya disepanjang hahyat kita, kita pengeeen banget bisa bertemu dan melihat bagaimana wujud orang tersebut, betul?

 

Coba ingat- ingat, siapa lagi yang lebih baik pada kita selain Allah, yang memberikan kita hidup tanpa kita minta setiap harinya, yang menyediakan oksigen untuk kita secara gratis sepanjang usia kita, yang sudah menyiapkan danvmemberikan rezeki ynag banyak untuk kita semenjak kita di rahim ibu kita, yang memberikan panca indera, organ tubuh yang sehat dan lengkap. Sementara kalau ada orang yang rusak salah satu organnya dia harus mengeluarkan biaya ratusan juta bahkan milyaran untuk mencari gantinya dan belum tentu ketemu ganti yang cocok meskipun ada uangnya. Dan selama ini kita menikmati semua gratisan saja seumur hidup kita. Apakah tidak ada kerinduan di hati kita untuk bertemu dengan Allah yang setiap waktu kita sembah dan kita sebut- sebut namanya?

“Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu pasti datang. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS al- ’Ankabuut [29]:5).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Jika penghuni surga telah masuk surga, Allah Ta’ala berfirman, (yang artinya) “Apakah kalian (wahai penghuni surga) menginginkan sesuatu sebagai tambahan (dari kenikmatan surga)?” Maka mereka menjawab, “Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari (azab) neraka?” Maka (pada waktu itu) Allah membuka hijab (yang menutupi wajah-Nya Yang Mahamulia), dan penghuni surga tidak pernah mendapatkan suatu (kenikmatan) yang lebih mereka sukai daripada melihat (wajah) Allah ‘azza wa jalla.” ((HR. Muslim, no. 181)

Alhamdulillah. Semoga bermanfaat, aamiin.

 

Penulis: Ummy Santy Andriani Hafidzahallah

 

[Bagian 1]  [Bagian 2]  [Bagian 3]  [Bagian 4]

berbagi ilmu

Silahkan bagikan ilmu ini pada yang lain!

Tinggalkan Komentar