Asal Usul Hari Valentine

 

Hari Valentine = hari perayaan kasih sayang?

 

Bagi kebanyakan remaja, jawabannya adalah “ya”. Padahal, itu adalah pemahaman yang diperkenalkan oleh orang kafir kepada khalayak orang, lalu diyakini oleh para remaja hingga orang dewasa tanpa mencari tahu apa itu “Valentine” yang sebenarnya. Tidak sedikit yang hanya ikut-ikutan tren supaya dianggap gaul oleh yang lainnya. Di hari itu, biasanya mereka akan saling memberi hadiah dan melakukan perayaan khusus sebagai bentuk kasih sayang mereka kepada orang yang mereka sayangi. Sebagian orang mengaitkan perayaan Valentine dengan kisah romantis yang terkenal Romeo dan Juliet. Namun, apakah benar demikian? Lantas, apa yang sebenarnya dimaksud dengan Valentine? Dan mengapa hari Valentine dirayakan orang ramai?

 

Ada banyak versi cerita yang tersebar tentang asal usul hari Valentine. Namun, cerita yang cukup terkenal dimulai dari peristiwa sejarah ketika bangsa Romawi memperingati perayaan pada setiap tanggal 15 Februari yang disebut Lupercalia. Perayaan ini merupakan upacara pensucian di masa tersebut yang berlangsung selama tanggal 13-15 Februari.

 

Dua hari pertama perayaan itu dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) dalam kepercayaan mereka, Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama-nama gadis. Gadis yang terpilih harus menjadi pasangan mereka selama setahun untuk bersenang-senang dan dijadikan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan kepada dewa Lupercaila dari gangguan serigala. Selama upacara ini, para pemuda melecut orang lain dengan kulit binatang dan para wanita berebut untuk dilecut karena beranggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.

 

Ketika agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para tokoh agama katolik Roma mengadopsi perayaan ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Supaya lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day sebagai penghormatan St. Valentine yang pada 14 Februari meninggal dunia (The World Book Encyclopedia 1998).

 

Mengapa hari kasih sayang dikaitkan dengan kematian Valentine?       

Menurut The Catholic Encyclopedia Vol.XV sub judul St. Valentine ada 3 nama Valentine yang meninggal dunia pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan yang jelas tentang St. Valentine yang dimaksud, begitu pula dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena setiap sumber berbeda.

 

Versi pertama mengatakan, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi.

 

Versi kedua mengatakan bahwa Kaisar Cladius II menganggap tentara yang muda dan bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan daripada yang sudah menikah. Kemudian Kaisar melarang para pemuda untuk menikah tetapi Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga ia ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 296 M.

 

Versi lainnya mengatakan bahwa pada sore hari sebelum Santo Valentinus gugur sebagai martir (mati sebagai pahlawan karena memperjuangkan kepercayaan), ia menulis surat cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis “Dari Valentinusmu”. (Sumber: http://id.wikipedia.org/ dan lain-lain)

 

Dari berbagai kisah di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa perayaan Valentine bukanlah tentang kisah kasih sayang melainkan tentang hari penghormatan kepada tokoh agama nasrani yang dianggap sebagai pejuang dan pembela cinta. Dan yang paling penting, kisah-kisah tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan Islam.

 

Sebagian saudara kita mungkin sudah mengetahui kisah di atas. Namun, seolah-olah mereka menutup mata dan telinganya sehingga menyatakan boleh-boleh saja dan tetap merayakannya karena sudah menjadi “hal yang biasa”.

Sumber: https://remajaislam.com/401-sejarah-kelam-hari-valentine.html

 

Cokelat Tanda Kasih Sayang

Salah satu benda yang sering dikaitkan dan bahkan menjadi ikon perayaan Valentine adalah cokelat. Cokelat kerap diberikan sebagai hadiah sebagai lambang perwujudan kasih sayang dan diberikan kepada subjek yang dicintai. Kegiatan menghadiahkan cokelat ini telah begitu identik dengan Valentine sampai-sampai pada tahun 2022 di Amerika, penduduk di sana menghabiskan sekitar 2,2 milyar dollar untuk membeli cokelat Valentine[1].

 

Lalu, bagaimana asal muasal cokelat bisa menjadi begitu lekat dengan hari Valentine?

 

Dilansir dari History.com, pada tahun 1840, hari Valentine sebagai salah satu hari perayaan kasih sayang telah diadopsi oleh hampir seluruh negara-negara berbahasa Inggris. Namun, saat itu gula masih dianggap sebagai komoditas yang berharga, sehingga orang-orang hanya memberikan kartu atau benda-benda dengan hiasan lainnya sebagai hadiah.

 

Richard Cadbury, penerus dari keluarga produsen cokelat, melihat hal ini sebagai sebuah peluang bisnis. Ketika itu, Cadbury baru saja memutakhirkan teknik pembuatan cokelatnya, sehingga dapat menghasilkan lemak kakao, bahan dasar permen cokelat, dalam jumlah yang besar. Richard lalu mengemas permen cokelatnya dalam kotak berbentuk hati yang didekorasi dengan gambar Cupid dan bunga mawar.

 

Meski tidak dipatenkan oleh Cadbury, tapi banyak yang mempercayai bahwa mereka adalah yang pertama kali memproduksi cokelat dalam kemasan kotak berbentuk hati. Kotak cokelat yang cantik ini pun dipasarkan dengan kegunaannya yang bisa dimanfaatkan sebagai tempat menyimpan kenang-kenangan, seperti surat cinta dan potongan rambut orang terkasih.

 

Kenapa Islam Melarang Perayaan Valentine?

  1. Perayaan Valentine bukan perayaan kaum muslimin

Allah telah menetapkan bagi umat muslim dua hari raya, Ied Fitri dan Ied Adha. Maka, selain dari dua hari raya tersebut bukan lah bagian dari syari’at Islam. Perayaan Valentine merupakan perayaan orang kafir, dan meniru orang kafir adalah perkara yang dilarang.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam menjelaskan secara umum dalam sebuah hadis. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud.)

Dengan hadis tersebut, maka jelas lah bahwa menyerupai orang kafir dilarang oleh agama, dan perayaan Valentine merupakan bagian dari penyerupaan terhadap orang kafir.

 

  1. Merayakannya sama dengan melestarikan budaya zina

Mendekati hari Valentine, penjualan kondom semakin meningkat, dengan pembeli sebagian besar dari kalangan anak muda.  Ini lah bukti bahwa zina marak terjadi di hari valentine. Sedangkan syari’at melarang dengan keras perbuatan zina.

 

Allah Ta’ala melarang hamba-Nya mendekati zina:

 

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

 

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’: 32).

 

Dengan melarang adanya Valentine. Kita Insya Allah termasuk dalam orang-orang yang menolak pelestarian budaya zina.

 

  1. Pembuktian kasih sayang tidak terkhusus pada hari Valentine

Memberi dan menampakkan kasih sayang terhadap pasangan atau sesama muslim tidak terkhusus pada hari Valentine saja. Islam telah banyak menjelaskan dalam hadis mengenai wajibnya mengasihi sesama.

 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

“Salah seorang di antara kalian tidaklah dikatakan beriman hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari no. 13 dan Muslim no. 45)

 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا. أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَىْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ

 

“Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan pada kalian suatu amalan yang jika kalian melakukannya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim no. 54)

 

Hadis-hadis tersebut menunjukkan bahwa islam juga memuliakan kasih sayang terhadap sesama setiap saat, tidak terkhusus di satu hari saja.

 

  1. Mubadzir

Sesuatu disebut mubadzir bila menggunakan harta dalam kemaksiatan dan sia-sia. Dan pemberian coklat, bunga atau bentuk tanda kasih lain di hari Valentine termasuk dalam perkara tabdzir. Sedang Allah melarang hamba-Nya untuk mubadzir. Allah Ta’ala berfirman:

وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’: 26-27).

 

  1. Merayakan Valentine secara tidak langsung turut mencintai orang-orang kafir

Perayaan Valentine adalah hari raya yang dipopulerkan oleh orang-orang kafir sebagai bentuk pengagungan terhadap pujangga Nasrani yang membuktikan cinta kala itu. Pengangungan terhadap orang Nasrani tersebut bisa diartikan menyukai dan mengagumi apa yang telah dia lakukan.

 

Namun, ingatlah ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ

 

“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Kekaguman dan pengagungan yang diberikan kepada orang Nasrani tersebut secara tidak langsung menjadikan kita menyukai orang Nasrani tersebut dan perbuatannya. Namun ingatlah bahwa seseorang akan bersama orang yang dia cintai, kagumi dan agungkan di akhirat kelak.

 

Maka sudah sepatutnya cinta, kekaguman dan pengagungan itu kita buktikan dan berikan kepada Allah dan Rasulnya agar kita bisa dikumpulkan dengan mereka kelak di akhirat. Bukan kepada tokoh Nasrani yang sudah jelas tidak akan dikumpulkan bersama Allah dan Rasul-Nya.

 

Mulia Tanpa Valentine

Tasyabuh atau meniru orang kafir terjadi karena seorang muslim tidak percaya diri  akan kelengkapan syariat Islam atau munculnya perasaan kurang hingga mereka mengekor pada orang-orang di luar Islam. Dan dengan egonya, banyak yang beralasan dengan mengikuti tren. Jika tidak ikut tidak gaul, tidak modern bahkan beberapa sampai menjadi buah bibir teman-temannya.

 

Sesungguhnya Islam adalah agama yang sempurna, baiknya kita sebagai seorang muslim yang beriman menjauhi segala bentuk perayaan ataupun ibadah yang tidak ada tuntunan nya. Jadikanlah hari Valentine sebagai berlalunya hari seperti biasanya. Jangan jadikan ia istimewa dengan dirimu mengikuti perayaan hari valentine. Janganlah jadikan manusia sebagai titik fokus penilaian yang diterima. Mau seberapa senang menghabiskan waktu Valentine bersama kekasih dan teman, ia tidak akan bisa menyelamatkan mu dari pedihnya adzab Allah.

 

Tinggalkanlah teman yang buruk jika ia mengajakmu dalam maksiat kepada Allah. Janganlah takut tidak punya teman, janganlah takut merasa dikucilkan, karena Allah akan selalu bersamu. Jadikanlah dirimu sebagai seseorang yang mulia dihadapan Allah, daripada menyibukkan diri dalam perayaan valentine alangkah baiknya jika waktu itu digunakan untuk menuntut ilmu dengan menghadiri majelis ilmu, menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat.

 

Dan sebagaimana telah kita ketahui bahwa perayaan dalam agama islam ada dua, yakni perayaan dalam Idul Fitri dan Idul Adha. Lantas, untuk apa menambah perayaan lainnya hanya karena ego peribadi? Apakah dengan menuruti egomu engkau akan selamat dari adzab Allah? Apakah dengan menuruti segala nafsu sesaat membuatmu masuk surga Allah? Tentu tidak, maka sibukkanlah dirimu untuk mencari ridha Allah, mencari jalan menuju surga Allah yang dirindukan. Janganlah mengotori imannu dengan nafsu sesaat, bahkan hanya untuk satu hari saja. Jika Allah ambil nyawamu pada saat engkau sedang bersuka ria merayakan hari valentine, tidakkah kamu terbayang apa akibat yang menunggumu?

Hisab Allah itu jelas dan nyata, adzab Allah begitu pedih. Namun nikmat-Nya begitu indah tak terkira. Jadi saudaraku, laluilah hari Valentine sebagaimana hari yang biasanya telah berlalu.

 

 

Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari segala bentuk kemaksiatan dan syubhat. Amin.

[1] https://capitaloneshopping.com/research/valentines-day-shopping-statistics/

berbagi ilmu

Silahkan bagikan ilmu ini pada yang lain!

Tinggalkan Komentar