Sudahkah kamu memeriksa kondisi hatimu hari ini? Bagaimanakah ia? Apa-apa saja yang tengah memenuhi rongganya? Apakah kebaikan ataukah keburukan?

 

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata:

“Hati jika sibuk dengan kebatilan maka di dalamnya tidak tersisa lagi tempat bagi kebenaran, sebagaimana jika dia sibuk dengan kebenaran maka di dalamnya tidak akan tersisa lagi tempat bagi kebatilan.” (Syarh Bulughul Maram, jilid 5 hlm. 30)

 

Perkara hati tidak bisa dianggap enteng. Sebab, jika hati baik, maka baiklah anggota badan yang lain. Jika hati rusak, maka rusak pula yang lainnya. Baiknya hati dengan memiliki rasa takut, rasa cinta pada Allah dan ikhlas dalam niat. Rusaknya hati adalah karena terjerumus dalam maksiat, keharaman dan perkara syubhat (yang masih samar hukumnya).

 

Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‎أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).

 

Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah mengisyaratkan bahwa baiknya amalan badan seseorang dan kemampuannya untuk menjauhi keharaman, juga meninggalkan perkara syubhat, itu semua tergantung pada baiknya hati. (Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 210.)

 

Jadi, bagaimana kondisi hatimu saat ini?

Sumber: https://rumaysho.com/3028-jika-hati-baik.html

berbagi ilmu

Silahkan bagikan ilmu ini pada yang lain!

Tinggalkan Komentar