Jika seseorang ditanya tentang sesuatu yang tidak dia ketahui, maka sebaiknya dia tidak berbicara kecuali mengatakan ‘Saya tidak tahu’ dan ‘Allahu a’lam’. Karena sesungguhnya perkataaan tersebut adalah termasuk bagian dari ilmu.

Abdullah bin Mas’ud menyampaikan nasihatnya kepada para tabiin yang pada saat itu mereka adalah murid-muridnya. Beliau radhiyallu ‘anhu berkata:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ، مَنْ عَلِمَ شَيْئًا فَلْيَقُلْ بِهِ، وَمَنْ لَمْ يَعْلَمْ فَلْيَقُلِ اللَّهُ أَعْلَمُ، فَإِنَّ مِنَ العِلْمِ أَنْ يَقُولَ لِمَا لاَ يَعْلَمُ اللَّهُ أَعْلَمُ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لِنَبِيِّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنَ المُتَكَلِّفِ{
‘Wahai sekalian manusia, siapa yang mengetahui tentang sesuatu, sampaikanlah. Dan jika tak tahu, ucapkanlah, ‘Allahu a’lam’. Karena sungguh termasuk bagian dari ilmu, jika engkau mengucapkan terhadap sesuatu yang tidak kau ketahui dengan ucapan: ‘Allahu a’lam’. Allah berfirman kepada Nabi-Nya: ‘Katakanlah (hai Rasul): ‘Aku tidak meminta upah sedikit pun pada kalian atas dakwahku, dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan. (Q.S. Shad 38:86)

[Atsar Riwayat Al-Bukhori dalam Shahihnya 4/1809 no 4531]

Sebuah nasihat indah yang dilontarkan seorang guru kepada murid-muridnya, nasihat yang keluar dari hati yang dalam, nasihat yang tidaklah dilontarkan kecuali sebagai tanda sayang seseorang kepada orang yang diberi nasihat.

Pada atsar di atas, sahabat Abdullah bin Mas’ud mengajarkan kepada kita, bahwa seseorang jika ditanya tentang sesuatu yang tidak dia ketahui, maka sebaiknya dia tidak berbicara kecuali mengatakan ‘Saya tidak tahu’ dan ‘Allahu a’lam’. Karena sesungguhnya perkataaan tersebut adalah termasuk bagian dari ilmu.

Kenapa perkataan seseorang ‘Allahu a’lam’ terhadap sesuatu yang dia tidak ketahui adalah bagian dari ilmu? Bukankah pengakuan atas ketidaktahuan adalah penafian atas ilmu?

Inilah alasan kenapa ucapan allahu a’lam adalah bagian dari ilmu:
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menjelaskan, ada dua poin yang menjadikan perkataan tersebut bagian dari ilmu:

  1. Seseorang yang mengatakan ‘Saya tidak tahu’ dan ‘Allahu a’lam,’ berarti dia mengetahui bahwa dia adalah bukan seseorang yang tahu. Dia memiliki ilmu atas keadaan dirinya, dan mengetahui derajat dirinya, bahwa dia adalah seorang yang bodoh. Maka pengakuan atas kebodohannya dengan mengatakan ‘Saya tidak tahu’ dan ‘Allahu a’lam’ itu adalah bagian dari ilmu, karena dia memiliki ilmu tentang kemampuan dirinya.
    Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah menulis sebuah risalah, yang di dalam risalah tersebut ada sebuah ungkapan yang sangat indah, sampai-sampai sebagian ulama mengatakan ungkapan itu berhak ditulis dengan tinta emas. Ungkapan tersebut adalah ‘Semoga Allah taala merahmati seseorang yang mengetahui keadaan dirinya.’
  2. Seseorang jika berkata ‘Saya tidak tahu’ dan ‘Allahu a’lam’, maka dia telah membiasakan dirinya untuk berserah diri kepada kebenaran, dan tidak sembarang menjawab apa yang tidak diketahuinya. Maka penyerahan diri kepada kebenaran adalah ilmu yang ada pada dirinya. Maka jelaslah pengakuan ‘Saya tidak tahu’ dan ‘Allahu a’lam’ adalah bagian dari ilmu.
    Sudah sepantasnya seseorang jika ditanyakan sesuatu apa yang tidak diketahuinya, maka hendaknya mengatakan ‘Saya tidak tahu’ dan ‘Allahu a’lam.’ Sebagian orang malu mengatakan ‘Saya tidak tahu,’ karena menganggap apa yang dikatakannya itu akan menurunkan derajatnya.

 

(Sumber bacaan: Bahjatun Naadziriin Syarah Riyadlus Sholihin dan Syarah Riyadus Sholihin Lilutsaimin)
Penulis: Ustadz Gigih Nugraha bin Abidin

 

Sumber:
https://bimbinganislam.com/saya-tidak-tahu/

berbagi ilmu

Silahkan bagikan ilmu ini pada yang lain!

Tinggalkan Komentar