Tidaklah amalan-amalan yang telah dikerjakan itu merupakan buah dari kehebatan seseorang. Seseorang tidaklah mempunyai jasa atas amalan-amalan yang dikerjakannya. Hanya Allah saja yang mampu menggerakkan seseorang untuk beramal sebab taufik yang diberikan-Nya.

 

Ibnu Qayyim Al Jauziyah berkata, “Allahlah yang mengilhamkan hamba-Nya untuk bertaubat kepada-Nya, dan Dia sangat bergembira dengan taubat hamba-Nya itu, meskipun taubat hamba itu tidak lepas dari karunia dan kemurahan-Nya. Allahlah yang mengilhamkan ketaatan dalam diri hamba-Nya dan Dia pula yang membantunya melakukannya, lalu membalasnya dengan pahala; dan semua itu tidak lepas dari karunia dan kemurahan-Nya.” (Fawaidul Fawaid [terjemah], hal. 35)

 

Para salafus shalih yang beramal dalam diam, merasa begitu takut amalnya tidak diterima dan merasa sangat sedikit dalam beramal.

 

Dari Ibnu Syaudzab diriwayatkan bahwa ia menceritakan, “Tatkala sakaratul maut menjemput Abu Hurairah, beliau menangis. Orang-orang bertanya, ‘Apa yang membuatmu menangis?’ Beliau menjawab, ‘Jauhnya perjalanan, sedikitnya perbekalan dan banyaknya aral rintangan. Sementara tempat kembali, mungkin ke surga, atau mungkin ke neraka’.” (Meneladani Akhlak Generasi Terbaik, hal 29).

 

Bandingkan dengan kita yang kualitas dan kuantitas amalnya tentu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan beliau, terkadang merasa sangat yakin amal diterima. Merasa tenang-tenang saja dengan amal yang belum pasti bernilai atau tidaknya di sisi Allah.
Maka, saudariku, jangan kau tertipu dengan amalmu. Takutlah amalmu tak diterima karena tak terpenuhinya ikhlas dan ittiba’. Takutlah dengan berbagai hal yang akan merusak amalmu dan menjadikannya tidak bernilai di sisi Allah. Sertakan rasa harap, panjatkan do’a agar amal diterima oleh Allah Ta’ala.

 

//muslimah.or.id/10107-jangan-tertipu-dengan-amalmu.html

berbagi ilmu

Silahkan bagikan ilmu ini pada yang lain!

Tinggalkan Komentar