Sebagai seorang yang beriman, kehidupan dunia tentu tidak menjadikannya sebagai ladang untuk mentuyusahkan atau menyengsarakan kehidupannya kelak setelah kematian. Tetapi, justru ia akan menjadikan kehidupan dunia sebagai ladang untuk bercocok tanam beramal shalih ketika telah berpisah dengan dunia karena kematian itu telah menghampirinya.

 

Kematian tidak pernah memandang usia. Kematian tidak selalu baru datang kepada mereka yang sudah muncul uban pada rambutnya. Mereka yang masih belia dan muda juga dapat merasakan kematian. Itulah salah satu bentuk kebesaran Allah agar para manusia selalu mempersiapkan diri, selalu merasa takut dan waspada, dan selalu merasa bahwa hidupnya tidak akan lama lagi.

 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

ا اذِمِ اللَّذَّاتِ

“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan” (HR. An Nasai no. 1824, Tirmidzi no. 2307 dan Ibnu Majah no. 4258 dan Ahmad 2: 292. Hadits ini hasan shahih menurut Syaikh Al Albani). Yang dimaksud pemutus kelezatan di sini adalah kematian. Karena sejatinya ia menjadi pemutus kelezatan dunia.

 

Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Aku bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam , lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, mukmin yang paling baik?” Beliau bersabda, “Yang paling baik akhlaknya. ” “Lalu mukmin di yang paling cerdas?”, ia bertanya kembali. Beliau bersabda, “ Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas. ” (HR. Ibnu Majah no. 4259. Hasan kata Syaikh Al Albani).

 

Sumber https://rumaysho.com/2822-kematian-yang-kembali-menyadarkan-kita.html

 

Oleh MMS1-000294
(Sikap Wanita Menhadapi Kematian)
Ustadz Ali Musri Semjan Putra, M. A hafidzahullah

berbagi ilmu

Silahkan bagikan ilmu ini pada yang lain!

Tinggalkan Komentar