Pernah gak bun merasakan khawatir saat anak sakit? Atau saat anggota keluarga yang lain sakit? Rasanya tuh seperti ada awan gelap yang menyelimuti ya.

 

Biasanya jika anak kita sakit, sebagai ibu tentu kita khawatir ya, kadang khawatir ini berlebihan sampai ke tahap panik, iya gak?

 

Nah, bagaimana kita harus bisa menata hati dan pikiran kita agar tetap tenang saat anak atau anggota keluarga lain sakit, karena tentu sebagai ibu kita lah yang bertugas merawat mereka bahkan memberikan kenyaman juga untuk mereka. Akan tetapi, bagaimana kita bisa memberikan kenyamanan untuk mereka sedang kita sendiri saja sedang tidak nyaman dan penuh kepanikan. Untuk itu apa yang harus kta lakukan? Bagaiman agar kita tidak panik saat anak atau anggota keluarga yang lain sakit?

 

Tentu kita harus paham ilmunya bukan? Kita harus paham gejala dan bagaimana penanganan awalnya, agar kita bisa melakukan tindakan yang sesuai dan membantu anak dan anggota keluarga kita dalam menghadapi penyakitnya sebelum kita bawa ke dokter. Kalau bisa ditangani di rumah bukankah itu lebih baik?

 

Setiap ibu merupakan dokter bagi keluarganya. Hendaknya seorang ibu memiliki ilmu dasar penyakit-penyakit yang sering terjadi pada anak atau anggota keluarga lain. Seorang ibu hendaknya mengetahui gejala dan penanganan awal jika terjadi penyakit langganan tersebut. Yuk kita bahas..

 

Ada beberapa penyakit yang sering terjadi pada anak maupun anggota keluarga lain, mungkin istilahnya adalah “penyakit langganan” yaitu Demam, Diare, dan Batuk Pilek.. betul atau bener buk? Kurang lebih ketiga penyakit itulah yang sering ditemui pada anak dan keluarga. Mari kita pelajari satu-satu ya bun..

 

Dimulai dari Demam ya..Nah demam ini sering sekali terjadi pada anak, gimana perasaannya kalau anak lagi demam? Khawatir? Takut kejang? Dikompress? Atau langsung dikasih obat penurun demam?

 

Nah sebenarnya demam yang terjadi pada tubuh itu baik lho bun, karena itu adalah pertanda jika tubuh sedang aktif melawan infeksi. Munculnya demam ini dianggap sebagai bukti bahwa sistem kekebalan tubuh bekerja dengan baik. Suhu tubuh yang tinggi dapat mempersulit bakteri dan virus penyebab infeksi untuk bertahan hidup. Maka dari itu, demam yang terjadi merupakan indikasi yang baik untuk pertahan tubuh. Jadi tak perlu panik ya jika demam muncul.

 

Dikatakan demam jika suhu tubuh naik melewati batas normal yang angkanya lebih dari 38 derajat Celsius. Nah ada baiknya di rumah kita harus menyediakan alat pengukur suhu ini ya, boleh menggunakan termometer manual atau digital silahkan saja bun.

 

Demam yang terjadi tentunya menyebabkan kondisi yang tidak nyaman ya bun apalagi pada anak-anak. Biasanya jika demam anak jadi lebih mudah rewel, nafsu makan menurun, menangis lebih sering, kebiasaan tidur yang mengalami perubahan, dan juga disertai nyeri atau pegal di seluruh tubuh plus sakit kepala juga, wajar lah ya anak jadi sangat rewel dan pengennya nempel terus ke bunda. Demam merupakan gejala yang mengindikasikan sebuah penyakit tertentu, antara lain: Infeksi saluran pernapasan yang dapat disebabkan oleh virus atau bakteri, infeksi dan radang pada amandel (tonsillitis), infeksi dan radang pada sinus (sinusitis), efek samping imunisasi tertentu, tipes, cacar air, demam berdarah, malaria atau infeksi saluran kemih.

 

Ketika demam terjadi, cairan tubuh akan lebih cepat menguap, sehingga meningkatkan risiko terjadinya dehidrasi. Maka dari itu, hal penting yang harus dilakukan pertama kali saat mengatasi demam tinggi terutama pada anak yaitu mencukupi kebutuhan cairannya. Pastikan kebutuhan cairan anak terpenuhi dengan cukup minum air putih atau yang masih ASI bisa lebih banyak diberikan ASInya agar tubuhnya tetap terhidrasi. Selain itu, usahakan agar ia mengonsumsi makanan yang memiliki kandungan air tinggi, seperti buah-buahan atau sup. Selain mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan, ada beberapa cara lain yang juga dapat dilakukan untuk mengatasi demam yaitu:

 

  • Periksa suhu tubuh anak secara teratur dengan menggunakan termometer.
  • Memberikan anak pakaian yang nyaman dan menyerap keringat. Hindari memberikan anak pakaian yang terlalu tebal.
  • Bunda dapat memberikan kompres air hangat di lipat ketiak dan lipat selangkangan (inguinal) selama 10-15 menit, hal ini akan membantu menurunkan demam dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui proses penguapan.
  • Bunda boleh memandikan anak, namun gunakan air hangat agar anak merasa nyaman
  • Berikan anak istirahat yang cukup dengan suhu ruangan yang nyaman, jangan ajak anak pergi ke luar rumah dulu ya bun

 

Kapan anak boleh diberikan obat penurun demam?  Pemberian obat penurun demam diindikasikan untuk anak demam dengan suhu 38oC (pengukuran dari lipat ketiak). Dengan menurunkan suhu tubuh maka aktivitas dan kesiagaan anak membaik, dan perbaikan suasana hati (mood) dan nafsu makan juga semakin membaik. Parasetamol merupakan pilihan lini pertama untuk menurunkan demam dan menghilangkan nyeri. Dosis yang akan diberikan harap dikonsultasikan dulu ke dokter karena harus disesuaikan dengan berat badan anak.

 

Ouh ya, ada yang perlu diperhatikan bun meski demam tidak selalu menunjukkan kondisi berbahaya, ada beberapa tanda serius yang harus diwaspadai yaitu:

 

  • Gejala dehidrasi, misalnya diare, muntah-muntah, bibir kering, menangis tanpa keluar air mata, tidak mau makan atau menyusu, jarang atau tidak buang air kecil sama sekali.
  • Kejang-kejang.
  • Muncul ruam di kulit.
  • Tubuh anak tampak sangat lemas.
  • Pingsan atau jadi sering mengantuk.
  • Sakit kepala berat.
  • Sesak napas.
  • Kulit pucat atau terlihat kebiruan.
  • Demam tinggi yang tak kunjung mereda setelah 2 hari, atau justru semakin parah.

Bila demam disertai dengan beberapa tanda seperti di atas, segera periksakan ke dokter untuk mendapat perawatan yang tepat.

 

Nah gimana bun sudah lebih tercerahkan? Nanti jangan panik lagi saat anak demam ya. Hal terpenting dan utama yang harus kita lakukan adalah berdoa ya..karena hanya Allah lah yang dapat menyembuhkan segala macam penyakit.

 

Yuk sekarang kita membahas ke penyakit selanjutnya yang sering terjadi pada anak atau keluarga yaitu batuk pilek (bapil). Penyakit ini langganan banget ya bun?

 

Batuk pilek merupakan keluhan yang sering menimpa anak maupun orang dewasa juga. Batuk pilek umumnya disebabkan oleh virus atau bakteri yang menginfeksi hidung dan tenggorokan. Meski umumnya tidak berbahaya, batuk pilek dapat mengganggu aktivitas dan istirahat anak maupun angota keluarga lainnya. Mirip dengan demam, sebenarnya batuk pilek juga merupakan mekanisme tubuh untuk mengeluarkan benda asing di dalam tubuh, jadi jangan khawatir juga ya bun.

 

Memang batuk pilek ini cepat sekali menularnya apalagi pada anak-anak. Anak kecil biasanya mendapatkan batuk dan pilek karena tertular dari orang sekitarnya, seperti saudara, orang tua, anggota keluarga, teman, dan lainnya. Anak yang sering bermain dengan temannya, mungkin akan lebih sering mengalami batuk dan pilek. Seringnya anak tidak menutup mulut mereka saat batuk atau bersin, sehingga memudahkan penyebaran kuman ke temannya yang lain. Selain itu, anak kecil juga sering memegang hidung dan mulut, kemudian memegang benda-benda di sekitarnya, sehingga virus dan kuman bisa lebih menyebar. Oleh karena itu, untuk mencegah batuk dan pilek pada anak, bunda bisa mengajarkan anak untuk selalu mencuci tangannya terutama setelah dari kamar mandi, sebelum dan setelah makan, serta setelah bermain. Jangan lupa untuk mencuci tangan menggunakan sabun agar kuman-kuman yang menempel di tangan anak mati dan pastikan semua bagian tangan sudah terkena sabun dan air. Bunda bisa mengajari anak menggunakan 7 langkah cuci tangan.

 

Jika anak sedang mengalami batuk dan pilek, ajarkan anak etika batuk yaitu menutup mulutnya saat bersin dan batuk dengan lengan atas bagian dalam atau dengan tissue, lalu membuang tissue nya ke tempat sampah dan setelah itu diakhiri dengan mencuci tangan.

 

Musim penghujan juga dapat memengaruhi batuk dan pilek. Pada musim ini, anak bisa lebih sering mengalami batuk dan pilek. Anak usia balita bisa mengalami batuk dan pilek sampai 9 kali setiap tahun. Sedangkan, orang dewasa bisa terkena batuk sebanyak 2-4 kali dalam setahun.  Namun, saat anak sudah pernah terkena virus yang menyebabkan batuk dan pilek, maka sistem kekebalan tubuh anak akan mengenalinya sehingga kekebalan tubuh anak pun menjadi lebih kuat. Oleh karena itu, frekuensi batuk dan pilek akan menurun pada anak yang lbih tua.

 

Bagaimana penanganan awal batuk pilek di rumah? 

  • Pastikan tidurnya cukup

Saat batuk pilek, tubuh anak membutuhkan lebih banyak energi untuk melawan virus atau bakteri penyebab infeksi. Buatlah kamar tidur yang nyaman agar ia bisa tidur lebih nyenyak.

 

  • Posisikan kepalanya lebih tinggi saat berbaring

Saat sedang batuk pilek, anak dapat mengalami hidung tersumbat sehingga sulit untuk bernapas, dan mungkin akan menjadi karena susah tidur. Sehingga agar anak bisa bernapas lebih lega, posisikan kepalanya lebih tinggi ketika tidur. Bunda dapat menggunakan bantal tambahan untuk menopang kepala dan bahunya.

 

  • Berikan lebih banyak air putih

Air putih akan membantu mengencerkan dahak di saluran pernapasan, sehingga lebih mudah dikeluarkan. Selain itu, dengan minum air putih yang cukup, si kecil akan terhindar dari dehidrasi yang dapat memicu berbagai masalah kesehatan lain. Selain itu bunda juga dapat memberikan minuman hangat untuk meredakan sakit tenggorokan. Jika si kecil masih minum ASI, lanjutkan pemberian ASI karena dapat membantu bayi untuk lebih cepat pulih

 

  • Berikan madu

Sejak dulu, madu sudah dipercaya dapat meringankan batuk dan sakit tenggorokan. Hanya saja, yang perlu diperhatikan adalah pemberian madu hanya boleh diberikan pada anak-anak yang usianya sudah di atas 1 tahun.

 

  • Pemberian obat batuk pilek tidak dianjurkan untuk anak kurang dari 2 tahun. Untuk hidung yang tersumbat bunda bisa gunakan alat sedot ingus atau nasal aspirator, semprotan hidung atau nasal spray, atau bulb syringe. Jangan menggunakan mulut bunda untuk menyedot ingus si kecil ya..

 

Tanda bahaya batuk pilek yang harus segera dibawa ke dokter yaitu

    • Timbul gejala dehidrasi, seperti menolak minum atau menyusui.
    • Munculnya semburat biru di sekitar bibir atau dasar kuku pada tangan atau kaki, atau warna kebiruan pada kulit.
    • Anak tampak sangat lesu.
    • Tidak mampu bangun.
    • Sulit bernapas atau seak napas
    • Sakit kepala yang parah.
    • Leher yang kaku.
    • Batuk yang disertai darah

 

Baik bun, bagaimana untuk batuk pilek? Sudah mulai bisa memahami ya..Sekarang kita beralih ke penyakit lain yang juga sering terjadi pada anak dan keluarga yaitu diare. Jika anak diare tentunya kita khawatir ya? Belum lagi jika ditambah muntah-muntah, wah auto panik ya bun? Yuk kita bahas sedikit tentang diare ini.

 

Diare adalah kondisi yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar (BAB) menjadi 3 kali atau lebih dalam sehari, dengan tinja yang lebih cair. Ada kalanya anak yang terkena diare juga mengalami kembung, mual, muntah, demam, nyeri perut, dan tubuhnya terasa lemas. Diare ini juga mekanisme alami tubuh untuk mengeluarkan zat-zat berbahaya lho bun, jadi tidakperlu panik ya.

 

Sebagian besar diare pada anak disebabkan oleh infeksi virus. Penyebab lainnya adalah infeksi bakteri dan parasit, alergi, keracunan makanan, gangguan penyerapan makanan, dan efek samping obat. Namun kondisi yang menjadi pemicu utama diare pada anak adalah kebersihan lingkungan dan sanitasi yang buruk.

 

Saat diare, tubuh akan kehilangan cairan dan elektrolit dengan sangat cepat sehingga dibutuhkan penanganan yang cepat juga agar kondisinya tidak memburuk, karena diare yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan dehidrasi.Dehidrasi berat dapat menyebabkan penurunan kesadaran, kejang, kerusakan otak, bahkan kematian. Supaya dapat segera ditangani sebelum terjadi dehidrasi berat, orang tua perlu mewaspadai tanda-tanda dehidrasi pada anak, yaitu:

 

Cara Mengatasi Diare di Rumah

Sebagian besar diare pada anak disebabkan oleh virus, maka obat-obatan antibiotik tidak perlu diberikan. Antibiotik hanya diberikan jika diare disebabkan oleh bakteri. Diare akibat infeksi virus dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu beberapa hari, namun bunda harus tetap memantau kondisi anak dan memberikan asupan cairan yang cukup.

Jika gejala diare pada anak semakin berat atau terdapat gejala yang perlu diwaspadai, seperti sesak napas, BAB berdarah, kejang, atau pingsan, segera bawa si kecil ke rumah sakit atau klinik terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Adapun bberapa cara yang bisa bunda lakukan jika anak atau keluarga diare yaitu:

 

1. Perhatikan asupan cairan untuk mencegah dehidrasi

Salah satu hal penting dalam penanganan diare pada anak adalah mengganti cairan tubuh yang hilang akibat terlalu sering buang air besar dan muntah. Hal ini perlu dilakukan agar anak terhindar dari dehidrasi, sebab dehidrasi pada anak adalah komplikasi yang harus diwaspadai.

Untuk bayi yang mengalami diare, bunda bisa berikan ASI lebih sering dari biasanya agar kebutuhan nutrisinya tetap terjaga dan mencegah bayi kekurangan cairan.Untuk anak-anak, sebaiknya diberikan oralit, sebab pemberian air putih saja tidak cukup, karena anak butuh cairan yang dapat mengganti gula, elektrolit, dan mineral penting lainnya yang telah hilang akibat diare, sehingga disarankan bunda untuk memberikan oralit pada anak dan keluarganya.

Oralit tersedia dalam bentuk serbuk yang harus dilarutkan atau dalam bentuk cairan siap minum. Namun, bunda juga bisa membuat larutan oralit ini sendiri lho dengan cara yaitu bunda cukup mencampurkan dua sendok teh gula dan setengah sendok teh garam dapur ke dalam satu gelas air bersih yang matang. Jika bunda masih ragu menentukan dosis oralit pada anak, jangan ragu untuk konsultasi ke dokter ya bun. Hal terpenting yang tak boleh dilupakan juga adalah bunda harus tetap memperhatikan kebersihan air minum. Pastikan air minumnya berasal dari air bersih dan matang agar tidak meningkatkan risiko kontaminasi bakteri.

 

2. Tetap berikan makanan sehat, sedikit tapi sering

Diare pada anak dapat menurunkan nafsu makan. Namun, ia tetap harus makan untuk mencukupi asupan nutrisi dan mengisi ulang tenaganya supaya tidak merasa lemas. Bunda dapat mengakalinya dengan memberikan makanan dalam porsi lebih kecil, tetapi sering. Sebab jika bunda memberi makanan langsung dalam porsi banyak justru bisa memicu perutnya jadi lebih sakit. Jadi, daripada si kecil makan dalam porsi besar untuk 3 kali sehari, lebih baik berikan ia makanan yang padat kalori sebanyak 6 kali sehari.

Pilihan makanan yang dapat diberikan adalah makanan yang dapat dicerna dengan mudah oleh tubuh anak, seperti nasi putih, pisang, serta rebusan daging ayam. Hindari memberi makanan yang mengandung terlalu banyak lemak, gula, atau makanan pedas, termasuk makanan yang digoreng dengan minyak karena memberatkan kerja usus sehingga memperlambat proses penyembuhan. Hindari pula makanan berserat tidak larut, seperti tomat, seledri, mentimun, bayam, brokoli, kacang, wortel, dan gandum utuh sebab bisa membuat feses anak justru melunak sehingga diarenya jadi semakin parah. Perhatikan juga pilihan makanan tertentu jika anak punya alergi atau intoleransi, karena makanan yang memicu sistem imun bereaksi berlebihan bisa membuat diare jadi lebih parah.

 

3. Jangan lupa untuk memberikan zinc

Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat. Pemberian Zinc mampu menggantikan kandungan Zinc alami tubuh yang hilang tersebut dan mempercepat penyembuhan diare. Zinc juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF menandatangani kebijakan bersama dalam hal pengobatan diare yaitu pemberian oralit dan Zinc selama 10-14 hari. Hal ini didasarkan pada penelitian selama 20 tahun (1980-2003) yang menunjukkan bahwa pengobatan diare dengan pemberian oralit disertai zinc lebih efektif dan terbukti menurunkan angka kematian akibat diare pada anak-anak sampai 40%.

Zinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut. Pemberian zinc harus tetap dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap kemungkinan berulangnya diare pada 2 – 3 bulan ke depan. Bunda bisa berkonsultasi dengan dokter terkait dosis pemberian zinc ya..

 

4. Jangan berikan obat penekan diare dan kenali kapan harus ke dokter

Hindari memberi si kecil obat antidiare sebelum berkonsultasi dengan dokter ya bun, sebab diare itu kan mekanisme alami tubuh untuk mengeluarkan racun.

Bunda disarankan untuk segera memeriksakan ke dokter jika : diare berlangsung lebih dari 3 hari dan disertai dengan gejala berikut:

  • Terlihat lemas atau tidak aktif
  • Tidak mengeluarkan air mata saat menangis
  • Penurunan kesadaran atau lebih sering tidur dan sulit dibangunkan
  • Tidak buang air kecil selama 6 jam
  • Mata terlihat cekung
  • Sesak napas atau napas tampak cepat dan dalam
  • Disertai muntah yang bercampur darah atau cairan kuning/hijau
  • Demam tinggi
  • Muncul ruam pada tubuh
  • Adanya darah pada tinja

 

Bagaimanapun mencegah itu lebih baik dari mengobati ya bun, bunda bisa lakukan beberapa langkah berikut untuk mencegah diare:

  • Menjaga kebersihan lingkungan, terutama sumber air minum. Pastikan air dan makanan yang dikonsumsi bersih dan matang. Hindari minum dari air yang kurang bersih.
  • Membiasakan anak untuk mencuci tangan dengan sabun dengan 7 langkah cuci tangan saat sebelum dan sesudah makan, setelah buang air kecil atau buang air besar, juga setelah memegang benda kotor.
  • Memberikan ASI pada anak berusia <2 tahun untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya.
  • Memberikan anak makanan yang bergizi dan bermanfaat untuk pencernaannya
  • Jaga kebersihan ruang tamu, kamar mandi, serta kamar anak.

 

Bagaimana bunda? Sudah mulai tercerahkan tidak? Nah semoga dari membaca artikel ini bunda-bunda tidak lagi panik atau khawatir yang berlebihan ya. Hal paling penting yang harus kita lakukan saat anak sakit adalah berdoa yang kenceng ya bun karena sebenarnya ini semua hanyalah ikhtiar kita, bagaimanapun yang menyembuhkan penyakit adalah Allah. Barakallahufikum..

 

Referensi:

  • Sarrell EM, WielunskyE,  Cohen HA. Antipyretic treatment in young children with fever. Arch Pediatr Afolesc Med 2006;160:197-202
  • Management of fever (antipiretics). Dalam: Radli SE, Carroll J, Klein N, penyunting. Clinical manual of fever in children. Edisi pertama. Spinger: Berlin, 2009, h. 223-250.
  • Richardson M, Lakhanpaul M, Guideline development group. Assessment and initial management o feverish illness in children  younger than 5 years: summary of NICE guidance. BMJ 2007:334:1163-1164.
  • National Institute for health and clinical excellence. Dalam: Andrew Welsh, penyunting. Feverish illness in children. Assessment and initial management in children younger  than 5 years, First edition. Royal College od Obstetricians and Gynaecologists: London, 2007,h 1-18.
  • https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/penanganan-demam-pada-anak
  • Halodoc.com
  • Alodokter.com
  • Klikdokter.com
  • Hellosehat.com
  • Carlson, Bella Kurnia, Journal Cermin Dunia Kedokteran, CDK-290/ vol. 47 no. 9 th. 2020
  • Buku Saku Lintas Diare Petugas Kesehatan 2011
berbagi ilmu

Silahkan bagikan ilmu ini pada yang lain!

Tinggalkan Komentar