Aku pernah menjadi layaknya wanita remaja yang memiliki standar idealis duniawi dalam memilih pasangan. Berandai-andai, bersanding dengan lelaki tampan berdasi rapih, memasukan topik bisnis dalam obrolan hangat kami berdua. Menikmati hasil investasi untuk liburan keliling dunia. Dia yang memiliki keahlian retorika di depan umum dengan kharismanya. Tentu saja, IPK dan almamater menjadi faktor penting untuk ku lihat. Aku, aku saat itu merasa akan menjadi wanita paling beruntung jika bersanding dengan lelaki duniawi ku.

 

Silih berganti waktu, ku lihat berbagai macam realita. Mereka dengan keluarganya yang banyak harta tak seindah harapannya. Memang tidak semua, namun menjadikan ku berpikir ulang dalam menyusun kriteria pasangan. Jika memilih karena tampannya, tentu akan berubah dengan jalannya usia. Jika karena akademis semata, pikun akan menjadi sebab lunturnya cinta. Jika hanya mengandalkan rasa yang ada, sehebat itukah aku dapat terus menumbuhkannya tanpa landasan apa-apa?

 

Dia yang mewah, akan kalah dengan lelaki berakidah.
Dia yang memancarkan kharisma, akan kalah dengan sosok yang menjaga pandangannya.
Sebaik-baik investasi keluarga adalah anak yang shalih & shalihah.
Dan dia yang menawarkan tiket ke berbagai negara, akan kalah dengan sosok yang memiliki tiket ke surga tanpa hisab.
 

Bukan, bukan berarti aku tidak ingin dicukupi dengan materi. Bukan berarti juga aku mendambakan lelaki yang bodoh dan malas. Bukan, bukan begitu konsepnya.

Ilmu agama merubah segalanya. Dengan ilmu agama, seakan membuka bola mata pikiranku dalam melihat dunia. Percayalah, islam sudah sangat memuliakan seorang wanita. Percayalah, islam adalah sebaik-baiknya sistem untuk menjadi prototype dalam membangun rumah tangga. Maka pilihlah lelaki yang beragama, tentu ia akan bertanggung jawab atas dunia & akhiratmu. Sebab tanggung jawabnya bukan hanya sekedar perkataan tetangga dan mertua, melainkan ada pertanyaan yang harus dijawab dengan suasana yang menegangkan. Yaitu pertanggungjawabannya di hari akhir.

 

Sahabat muslimahku. Bukankah lelaki yang beragama yakin bahwa dirinya akan bertanggung jawab lebih dari sekedar pertanggungjawabannya atas mereka yang di dunia? Maka dari itu pilihlah dia. Pilihlah dia yang yakin dengan hari itu. Pilihlah dia yang paham & mengimani ilmu agama.

 

Masih tidak percaya? 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَحِلُّ لَكُمْ اَنْ تَرِثُوا النِّسَاۤءَ كَرْهًا ۗ وَلَا تَعْضُلُوْهُنَّ لِتَذْهَبُوْا بِبَعْضِ مَآ اٰتَيْتُمُوْهُنَّ اِلَّآ اَنْ يَّأْتِيْنَ بِفَاحِشَةٍ مُّبَيِّنَةٍ ۚ وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ ۚ فَاِنْ كَرِهْتُمُوْهُنَّ فَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّيَجْعَلَ اللّٰهُ فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا

Wahai orang-orang beriman! Tidak halal bagi kamu mewarisi perempuan dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, kecuali apabila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya. (Q.S. An Nisa ayat 19).

Ayat ini perintah bagi para suami untuk memperlakukan istrinya dengan baik. Memberi nafkah, pakaian, makanan dan tempat tinggal yang baik. Bukan hanya itu, ayat ini memerintahkan suami untuk bertutur kata lembut & bersikap baik.

Lalu apa yang islam anjurkan jika seorang laki-laki sudah tidak menyukai istrinya? Apakah Allah menyuruhnya untuk menceraikannya? mengkhianati & menyakiti hati istrinya? Tidak. Allah memerintahkan untuk bersabar.

Namun perlu diingat, tidak semua lelaki paham akan konsep itu. Apakah lelaki yang berani meninggalkan sholat memahami konsep tersebut? Apakah lelaki yang berani mengajakmu bercumbu dengan cara yang tidak halal memahami konsep tersebut?

Perlu lelaki yang memiliki ketakutan terhadap Allah yang mampu memahami, meyakini dan mempraktekan konsep-konsep islam dalam memuliakan wanita. 

 

Bagaimana? Sudah percaya bahwa islam adalah sebaik-baik sistem untuk membangun rumah tangga? masih banyak konsep-konsep lainnya yang dapat kita pelajari lebih dalam. Percayalah, semakin dalam engkau mempelajarinya, semakin tinggi rasa ingin mencari pasangan untuk sehidup sesurga..

 

Dan janganlah kamu egois!

 

Kamu mengharapkan lelaki yang lemah lembut namun diri sendiri tidak santun..

Kamu mengharapkan lelaki yang terjaga namun diri sendiri tidak menjaga..

Kamu mengharapkan lelaki yang memiliki tiket ke surga namun diri sendiri berat untuk melangkah ke dalam proses hijrah..

 

Karena sehidup sesurga itu butuh kerjasama dari kedua belah pihak. Anak yang sukses berasal dari pendidikan karakter madrasah yang terakreditasi dengan baik. Dan madrasah yang terakreditasi dengan baik berasal dari pemimpin, pembuat kurikulum yang hebat. Sudahkah aku menyiapkan diriku menjadi madrasah yang baik? Sudah pantaskah aku mengharapkan pembuat kurikulum yang hebat?

Semakin aku mempelajari dan mengenal agama lebih dalam, semakin berganti keinginanku dalam mencari pasangan. Dia yang ku inginkan, bergeser menjadi dia yang aku butuhkan.

Dia, sosok sederhana yang bercelana cingkrang. Dia, yang tepat waktu mengambil air wudhu saat adzan berkumandang. Dia, yang bersikap dingin dengan wanita yang bukan haknya. Dia yang berhasil menundukan pandangannya saat melalui wanita. Dia yang berani mengambil keputusan saat menyadari sudah berada di jalan yang tidak di ridhoi Allah. Dia yang bukan hanya berusaha mengejar gelar dunia namun juga rajin mempelajari ilmu-ilmu syar’i. Dia, yang siap bertanggung jawab untuk memenuhi hak-hak keluarganya dari sisi dunia & akhirat.

 

Dan aku, aku bertanggung jawab secara penuh untuk mencarikan sosok figur laki-laki yang aku dan anakku butuhkan, bukan lagi sekedar apa yang aku inginkan. Karena tujuanku bukan lagi sehidup semati, namun aku ingin bersamanya. Bergandengan erat untuk sehidup sesurga

berbagi ilmu

Silahkan bagikan ilmu ini pada yang lain!

Tinggalkan Komentar