Mengutip dari pernyataan simone davis dalam bukunya the montessori toddler, observasi adalah kegiatan melihat atau mempersepsikan tanpa menghakimi atau menganalisis. Diibaratkan, kita seperti kamera video yang merekam sesuatu secara objektif dan tidak menganalisis apa yang dilihat.

 

Untuk dapat memahami observasi pada anak kita seperti apa, berikut ada dua contoh narasi yang menggambarkan bagaimana observasi dan yang bukan.

 

Contoh:

  1. Suatu sore sholih (anak penulis) bermain memasukkan kancing besar ke dalam box melalui celah kecil. Sholih memasukkan kancing tersebut dengan jari telunjuk dan ibu jarinya. Lalu, beberapa kali sholih terlihat memasukkan kancing dengan jari tengah dan ibu jari. Sholih menggunakan tangan kanannya untuk memasukkan kancing, sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk memegang beberapa kancing yang akan ia masukkan. Dan, ia melakukan tepuk tangan sebanyak dua kali saat berhasil memasukkan kancing ke dalam box.
  2. Kemarin sore Sholih bermain memasukkan kancing besar ke box melalui sebuah celah. Sholih terlihat sangat fokus saat bermain, Sholih tipikal anak yang bisa fokus dengan satu kegiatan tanpa terdistraksi dengan lingkungan sekitarnya. Jika ia kesusahan masukin kancingnya, ia melempar dan mengambil kancing yang baru. Ia terlihat senang saat bisa memasukkan kancing ke celah, hal ini ditunjukkan saat ia tepuk tangan sendiri sebagai bentuk rasa bangga pada dirinya sendiri.

 

Apa perbedaan contoh narasi ke-1 dan ke-2? Jika narasi pertama, bersifat objektif apa adanya. Sedangkan narasi ke-2 penulis sudah memberi persepsi dan anggapan tentang apa yang dilakukan Sholih.

 

Dari definisi dan contoh di atas sudah jelas bahwa observasi adalah sesederhana kita duduk diam melihat apa yang dilakukan anak seperti layaknya kamera video.

 

Hal-hal yang Bisa Kita Observasi

Selanjutnya, apa yang bisa kita observasi? Tentunya, kegiatan-kegiatan yang anak lakukan setiap harinya, dan berkaitan dengan perkembangan anak.

Berikut adalah beberapa hal yang bisa kita observasi dari anak:

  • kognitif
  • kemampuan berbahasa
  • motorik kasar dan motorik halus
  • kemampuan bersosialisasi
  • perkembangan emosi
  • seni
  • pemahaman agama
  • pola tidur
  • pola makan
  • kemandirian

Bahkan kita juga bisa mengobservasi diri sendiri, terkhusus bagaimana cara kita saat membersamai anak dan respon kita saat anak melakukan sesuatu.

 

Manfaat Melakukan Observasi pada Anak

Sepenting itukah observasi? Mengapa kita perlu melakukan observasi pada anak kita? Bukankah observasi itu tugasnya dokternya anak kita? Ternyata, melakukan observasi pada anak memiliki banyak manfaat untuk anak dan kita. Lalu, apa sajakah manfaat observasi?

 

  1. Fokus pada Perkembangan
    Saat kita melakukan observasi pada anak, kita hanya diam tanpa mengoreksi gerak-geriknya. Lalu, setelah selesai kegiatan tersebut, kita bisa tahu apa saja yang harus dikembangkan dari anak, tahu juga apa yang kurang dari anak, dan kita juga bisa tahu perkembangan anak dibandingkan dengan mereka yang sebelumnya. Contohnya, penulis melihat perkembangan yang signifikan saat Sholih bermain di atas rumput. Dari awal mengenal tekstur rumput sampai umur 12 bulan, Sholih beberapa kali merengek bahkan nangis saat menginjak rumput. Seiring berjalannya waktu sampai memasuki usia 15 bulan, Sholih sudah bisa berlari kesana-kemari di atas rumput tanpa merengek dan menangis.
  1. Membantu Sebanyak yang Dibutuhkan
    Manfaat lain dari observasi yaitu kita menjadi paham seberapa banyak bantuan yang bisa kita beri saat anak melakukan sesuatu.
    Contohnya, saat Sholih bermain dengan stacking toy, tugas penulis hanya membantu memegang tiangnya agar tidak goyang dan memberi kepingan-kepingan yang posisinya jauh dari jangkauan Sholih, agar ia bisa dengan mudah memasukkan kepingan-kepingan itu ke tiang. Hal ini pun memberi efek pada self-esteem mereka, jika kita membiarkan mereka melakukan hal yang penting. Secara tidak langsung juga menambah kepercayaan diri dan memupuk kemandirian mereka. Sesederhana melakukan observasi pada anak, biidznillah kita bisa mendapat banyak hal.
  1. Memperbaiki/ Meningkatkan Cara Kita Mencontohkan Sebuah Kegiatan
    Sebaiknya kita tidak mengoreksi apapun saat anak sedang fokus bekerja dengan sebuah kegiatan. Daripada kita mengoreksi saat anak sedang bekerja, lebih baik kita observasi terlebih dahulu. Setelah itu, di lain kesempatan saat kita sudah tahu apa yang salah dari anak, kita bisa tunjukkan lagi cara bekerja dengan kegiatan itu.
    Contohnya, saat Sholih sedang makan memakai garpu, pada praktiknya, ia jadikan garpu sebagai alat untuk memukl-mukul meja, dan juga garpu tersebut ia masukkan semua ke dalam mulutnya. Lalu, di lain kesempatan, saat ada lagi kegiatan makan, sebelum ia makan, penulis tunjukkan terlebih dahulu cara yang benar menggunakan garpu seperti apa. Hal ini dilakukan terus-menerus sampai ia bisa menguasai cara memakai garpu saat kegiatan makan.
  1. Menyiapkan Material & Lingkungan yang Berkaitan dengan Tahap Perkembangan Anak
    Kita bisa sadar dan paham apa saja yang harus kita lakukan sebagai orangtua dan pendamping anak untuk mendukung perkembangan mereka sesuai dengan tahapan usianya. Hal ini juga bermanfaat untuk diri kita sendiri dengan terus fokus pada perkembangan anak dan tidak membandingkan dengan anak lain. Karena satu anak dengan anak lainnya memiliki ketertarikan, kebutuhan, dan perkembangan yang berbeda walaupun usianya sama. Sehingga kita lebih banyak bersyukur atas hadiah Allah yang sangat indah yaitu anak-anak yang semoga tumbuh menjadi mukmin yang bertakwa.
  1. Jauh Lebih Memahami Anak Kita
    Poin terakhir ini adalah kuncinya. Saat bisa meluangkan waktu untuk duduk dan mengamati anak, kita akan jauh lebih paham kondisi anak. Lalu, seiring berjalannya waktu akan timbul pertanyaan-pertanyaan seperti ini di dalam benak kita:
    • Bagaimana cara anakku memegang puzzle ya? Apakah dominan tangan kanan atau tangan kiri?
    • Bagaimana respon anakku saat memegang slime dan play-dough?
    • Bagaimana respon anakku saat berinteraksi dengan hewan di sekitarnya?
    • Bagaimana cara anakku berjalan? Apakah lebih banyak jinjit?
    • Berapa lama waktu yang diperlukan anakku untuk menghabiskan makanannya?
    • Bagaimana cara anakku membuka lembaran pada buku?
    • Bagaimana respon anakku saat berinteraksi dengan orang asing? Diam saja? Atau menangis ketakutan?

 

Dan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan muncul seiring banyaknya waktu yang kita habiskan bersama anak, kita juga akan dibuat takjub maa syaa Allah dengan perkembangan mereka setiap harinya.

 

Kesimpulan

Kita tidak akan merugi saat hanya duduk diam dan fokus mengobservasi anak. Banyak hal yang akan kita temukan seiring berjalannya waktu saat membersamai mereka. Dan kita tidak harus terus-terusan mengobservasi mereka. Karena kita juga memiliki amanah-amanah lain di rumah yang perlu dibereskan. Hal penting yang perlu dicatat adalah bukan seberapa sering kita mengobservasi anak, tetapi seberapa fokus dan hadirnya pikiran kita saat duduk diam mengobservasi anak. Jika duduk diam saja tapi pikiran kita kemana-mana, itu sama saja kita tidak sedang mengobservasi. Jadi, persiapkanlah diri sendiri, dan sisihkanlah waktu untuk mengobservasi anak kita, serta yang utama jangan lupa selalu berdoa kepada Allah agar diberikan kemudahan dalam setiap prosesnya.

Wallahu’alam Bissawab.

 

Referensi:

Buku The Montessori Toddler karya Simone Davis

Web https://www.howwemontessori.com/how-we-montessori/2013/05/observation-part-two.html

 

Profil Singkat Penulis

Penulis bernama Erien Maudy Purnamasari, lahir di Bandung tanggal 23 Juli tahun 1996. Biasa dipanggil Erien Ummu Sholih. Lulusan sarjana ilmu politik jurusan Hubungan Internasional, lulus tahun 2017. Setelah lulus, selama tiga tahun, penulis menjadi guru wali kelas 1 jenjang sekolah dasar di SD Bandung Islamic School. Memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan dan menjadi Ibu Rumah Tangga serta mengurus seorang anak Bernama Abdurrohman Sholih Yohan yang lahir pada tahun 2020.

 

Saat ini, penulis banyak belajar tentang ilmu pengasuhan dari berbagai sumber. Penulis secara aktif membagikan hasil belajarnya tentang ilmu pengasuhan di akun sosial media:

 

Instagram: @diarymamaa

Telegram: t.me/diarymamaa

 

Jazaakumullah Khayraa.

berbagi ilmu

Silahkan bagikan ilmu ini pada yang lain!

Tinggalkan Komentar