Ketika Malaikat penjaga gunung itu menghadap dan menawarkan kepada Nabi ﷺ;

إنْ شِئْتَ أنْ أُطْبِقَ عليهمُ الأخْشَبَيْنِ

“jika engkau mau—wahai Rasul—aku akan timpakan dua gunung ini kepada mereka (penduduk Thaif yang telah menyakiti Nabi, padahal Nabi hendak menyelamatkan mereka dengan Islam)”,

Rasul kita yang penuh rahmah itu justru bersabda;

بَلْ أرْجُو أنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِن أصْلابِهِمْ مَن يَعْبُدُ اللَّهَ وحْدَهُ، لا يُشْرِكُ به شيئًا

“(Tidak). Bahkan saya berharap akan lahir dari sulbi-sulbi mereka anak-anak yang bakal beribadah hanya kepada Allah semata, dan tidak berbuat syirik sedikitpun kepada-Nya.” [al-Bukhari: 3231, Muslim: 1795]

Faidah: Dari kisah tragedi Thaif tersebut, terdapat pelajaran tentang pentingnya niat yang tulus dalam mengharapkan lahirnya anak-anak yang bertauhid. Niat yang tulus, pasti akan berbuah manis. Terbukti, setelah wafatnya Nabi ﷺ, hampir semua kabilah Arab murtad, kecuali penduduk Thaif. Mereka tegar di atas iman. Maka para orang tua dan pendidik, harus mengupayakan niat yang ikhlas dan tulus ini demi anak-anak didik mereka. InsyaAllah, di masa depan, mereka akan jadi generasi yang hebat dan tangguh di atas agama mereka.

 

Dan salah satu tanda terbesar ketulusan niat seorang pendidik adalah; dengan sering-sering mendoakan kebaikan bagi anak-anak didik mereka. Sebagaimana niat tulus Nabi ﷺ pada penduduk Thaif.

 

Pelajaran lainnya; orang tua dan pendidik harus bisa memanfaatkan momentum kesabaran (saat berkecamuk rasa sedih dan marah) di tengah kepayahannya mendidik anak, untuk mendoakan kebaikan bagi si anak. Itu adalah momen yang sangat mustajab. Saat kita berada di puncak kekesalan melihat tingkah polah anak didik kita yang menyebalkan, bebal, nakal, dan susah di atur, di saat itulah seorang pendidik seharusnya mengangkat tangan bermunajat pada ilahi, mendoakan mereka kebaikan. Hasilnya? Dijamin luar biasa, Insya Allah.

 

Duhai para pendidik di jalan Allah, berbahagialah dalam mendidik. Sambutlah mahkota mulia Anda sebagai pendidik. Allah tengah membuka pintu selebar-lebarnya bagi Anda untuk meraih derajat yang tinggi, pahala yang akan mengalir terus tanpa henti. Hingga kelak Anda akan terperanga, karena terus beranjak ke surga yang lebih tinggi, lantas Anda bertanya-tanya keheranan; “أنَّى هذا”, dari mana datangnya derajat yang bertambah tinggi ini…?? Lalu Anda dijawab: “باستغفار ولدك لك”, dari istighfar anak (didikmu) untukmu. [HR. Ibnu Majah: 3660, di-shahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Ibn. Majah: 1617]

 

Johan saputra halim, M.H.I

Telegram: t.me/kristaliman

berbagi ilmu

Silahkan bagikan ilmu ini pada yang lain!

Tinggalkan Komentar