Ramadan adalah bulan yang sangat istimewa. Ramadan adalah bulan yang diberkahi, Allah جل جلاله mewajibkan kita untuk berpuasa, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup, para setan pun dibelenggu, dan terdapat malam terbaik sepanjang tahun.

 

Keistimewaan bulan Ramadan yang terdapat pada hadis riwayat Imam Ahmad dan Annasai tersebut telah menjadikan motivasi kuat bagi kaum muslimin untuk beribadah pada bulan Ramadan. Namun, sayangnya kebanyakan dari kaum muslimin hanya berfokus pada memperbanyak ibadah saja. Padahal, ada hal yang harus lebih diperhatikan daripada kita memperbanyak suatu amalan. Hal yang harus lebih diperhatikan adalah bagaimana agar amalan kita diterima Allah جل جلاله. Allah جل جلاله berfirman,

ٱلَّذِى†خَلَقََ†ٱلْمَوْتََ†وََٱَلْحَيَوٰةََ†لِيَبْلُوَكُمَْ†أَيُّكُمَْ†أَحْسَنَُ†عَمَلًََۭۚ†وَهُوََ†ٱلْعَزِيزَُ†ٱلْغَفُورَُ

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,” (Al Mulk: 2)

Syekh Alutsaimin berkata mengusahakan agar amalan kita lebih sesuai dengan tuntunan Rasulullah صلى الله عليه وسلم lebih utama daripada memperbanyak amalan. Oleh karenanya, Allah جل جلاله berfirman “yang lebih baik amalnya” bukan yang lebih banyak amalannya.

 

Alfudhail bin Iyadh rahimahullah berkata tentang maksud dari yang lebih baik amalnya adalah, pertama, yang amalnya dilakukan ikhlas mengharap pahala dari Allah جل جلاله dan kedua, amalan tersebut harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Maka, barang siapa yang amalannya hanya bermodal ikhlas tanpa tuntunan dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم, tidak akan menjadi amalan yang benar. Begitu pula, bila suatu amalan tidak diikhlaskan untuk Allah جل جلاله tidak akan disebut amalan yang benar meskipun sudah sesuai dengan tuntunan dari Rasulullah .صلى الله عليه وسلم

 

Sudah seharusnya bagi kita untuk mengikhlaskan ibadah kita di bulan Ramadan dengan hanya mengharapkan balasan dari Allah جل جلاله saja. Jangan sampai kita menjadikan siapa pun selain Allah جل جلاله sebagai tujuan kita beribadah. Seperti agar kita bisa membanggakan jumlah ibadah yang sudah kita capai di bulan Ramadan di hadapan orang lain. Atau agar kita dikatakan sebagai seseorang yang sangat produktif di bulan Ramadan, dan sebagainya. Sebuah ibadah sudah pasti tertolak jika diniatkan untuk selain Allah جل جلاله. Tidak peduli besarnya modal yang dikeluarkan, lamanya waktu yang ditempuh, atau lelahnya seseorang saat mengerjakan ibadah tersebut. Sembunyikan ibadah. Tidak perlu mengabarkan kepada orang-orang bahwa kita telah melakukan suatu ibadah. Sesungguhnya, pujian manusia tidak akan menambah pahala ibadah kita—bahkan, pujian tersebut bisa menjadi salah satu sebab terbesar pahala ibadah kita hilang.

 

Kemudian, usahakan semaksimal mungkin untuk beribadah sesuai dengan ajaran dan tuntunan Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Jangan sampai kita mengerjakan amalan atau ibadah yang menyelisihi ajaran Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Pelajari bagaimana Rasulullah mengerjakan suatu amalan dan juga pelajari kesalahan seputar amalan tersebut. Sungguh merugi seorang hamba yang beribadah tanpa mengikuti tuntunan Rasulullah صلى الله عليه وسلم, tak jarang ia sudah begitu lelah dalam beramal namun tetap tertolak. Maka kita harus memperhatikan betul-betul apakah ibadah kita ini sudah sesuai dengan tuntunan dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Setelah mempelajari bagaimana Rasulullah صلى الله عليه وسلم beramal dan beribadah, pelajari amalan-amalan apa saja yang paling afdal untuk dikerjakan di bulan Ramadan dan maksimalkan setiap amalan yang kita kerjakan. Hal tersebut ditujukan agar Allah menerima amal dan ibadah kita serta melipatgandakan pahala dari amal dan ibadah kita.

 

Pada bulan Ramadan ini, ibadah yang paling afdal untuk dikerjakan adalah berpuasa. Karena, puasa di bulan Ramadan termasuk rukun Islam. Maka, kita harus maksimalkan usaha agar bisa melaksanakannya secara sempurna di bulan Ramadan. Tetapi, untuk Muslimah, banyak halangan yang bisa menjadi sebab terhalangnya dia dari melaksanakan puasa secara sempurna, lantas bagaimana? Niatkanlah untuk melaksanakan puasa secara sempurna terlebih dahulu. Jika kita berniat melakukan suatu kebaikan secara sempurna, namun qaddarallah, ada halangan, maka insya Allah, Dia akan tetap menuliskan pahala atas ibadah yang kita terluput darinya. Serta, tetaplah berhusnuzan atas takdir yang telah Allah جل جلاله tetapkan untuk kita.

 

Jika kita diberi kesempatan untuk bisa berpuasa, sempurnakanlah. Dimulai dengan memakan yang halal saat sahur. Teladani Rasulullah صلى الله عليه وسلم dengan mengakhirkan sahur dan perbanyaklah beristigfar. Niatkan dengan kita makan sahur akan menguatkan badan kita saat berpuasa. Kemudian, isi hari-hari berpuasa kita dengan memperbanyak amalan saleh seperti memperdalam ilmu agama dan memperbanyak amalan sunah. Tidurlah di siang hari dengan niat agar kita kuat beribadah pada malam harinya. Jauhilah perbuatan dan perkataan yang diharamkan dan tidak berfaedah, seperti meninggalkan salat wajib, berdusta, dan menggunjing, serta menghabiskan banyak waktu dengan tontonan atau bacaan yang tidak berfaedah. Saat tiba waktu berbuka, bersegeralah dalam berbuka sebagai bentuk kita meneladani Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan untuk menjaga kesucian puasa kita, jangan sampai kita berbuka dengan makanan yang diharamkan Allah .جل جلاله

 

Bulan Ramadan merupakan bulan diturunkannya alquran. Maka mempelajari alquran yang meliputi membaca, menghafal, mempelajari, merenungi ayat-ayatnya dan mengajarkannya merupakan amalan sunah yang ditekankan untuk dikerjakan di bulan ini. Perbanyaklah mempelajari alquran di waktu malam sebagai bentuk meneladani Rasulullah .صلى الله عليه وسلم

Karena, dalam hadis riwayat Ibnu Abbas, dikatakan bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan malaikat Jibril

melakukan pembelajaran alquran pada malam hari di bulan Ramadan. Allah جل جلاله juga berfirman

إِنََّ†نَاشِئَةََ†ٱلَّيْلَِ†هِىََ†أَشَدَُّ†وَطْۭ†ا†وَأَقْوَمَُ†قِيلًَ

“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.”(Al Muzammil: 6)

Selain membaca alquran, amalan yang afdal untuk dilaksanakan adalah salat tarawih bersama imam. Barang siapa yang salat tarawih berjamaah dicatat baginya pahala salat semalam suntuk. Hal ini sering terluput dari banyak orang yang mana mereka lebih memilih salat tarawih sendiri di rumah atau salat witir tidak bersama imam. Pilihlah imam yang memimpin salat tarawih sesuai dengan tuntunan Rasulullah صلى الله عليه وسلم yakni yang tidak tergesa-gesa

dalam salat. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,

مَنَْ†قَامََ†مَعََ†الإِمَامَِ†حَتَّى†يَنْصَرِفََ†كُتِبََ†لَهَُ†قِيَامَُ†لَيْلَ†ةَ

“Barang siapa yang mendirikan salat malam bersama imam hingga selesai, dicatat baginya pahala salat semalam suntuk.”(HR Ahlu Assunan)

Sedekah juga merupakan ibadah yang afdal untuk dikerjakan di bulan Ramadan. Karena, bersedekah di bulan ini kepada hamba-hamba Allah جل جلاله ditujukan agar Allah Yang Maha Pemurah melimpahkan rahmat, ampunan, dan pembebasan-Nya dari api neraka kepada kita. Dan, termasuk sedekah yang paling afdal di bulan ini adalah memberi makan untuk berbuka bagi orang yang berpuasa. Karena, dengan kita memberi makan untuk berbuka orang yang berpuasa, kita sama saja telah membantu orang tersebut dalam menjalankan ibadah puasanya. Dahulukan untuk bersedekah kepada orang-orang terdekat dan orang-orang yang tertimpa kesulitan. Karena, dalam bersedekah kepada orang terdekat terdapat pahala berbakti kepada kedua orang tua, menyambung silaturahmi dan memuliakan tetangga. Dan dalam bersedekah kepada orang yang tertimpa kesulitan terdapat pahala meringankan kesulitan seorang muslim. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,

مَنَْ†فَطَّرََ†صَائِمًا†فَلَهَُ†مِثْلَُ†أَجْرِهَِ†مِنَْ†غَيْرَِ†أَنَْ†يَنْقُصََ†مِنَْ†أَجْرَِ†الصَّائِمَِ†شَي†ءَ

“Barang siapa yang memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi sedikit pun pahala dari orang yang berpuasa tersebut.” (HR Ahmad dan Attirmizi)

Segala ilmu tentang penerimaan ibadah ini akan sia-sia jika tanpa taufik dari Allah .جل جلاله

Maka kita harus selalu berdoa agar senantiasa mendapatkan taufik saat beribadah. Semoga Allah جل جلاله menjadikan kita sebagai orang-orang yang bertakwa. Dan itulah tujuan puasa disyariatkan. Hanya orang-orang yang bertakwalah yang Allah جل جلاله terima amal ibadahnya. Dan sesungguhnya takwa adalah sebaik-baik bekal pada hari akhir. Wallahualam bissawab.

 

Bacaan:

1. Alquran dan terjemahnya.

2. ‘Alqawaid Alfikhiyyah, Almanzhumah Wasyarhuha’ karya Syekh Abdurrahman bin Nashir Assa’di.

3. ‘Risalah Ramadan’ karya Syekh Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim Aljarullah.

4. ‘Lebih Fokus dan Perhatian pada Kualitas Amalan daripada Memperbanyak Amalan’ oleh Ustaz Yulian Purnama diakses dari <<muslim.or.id>>

 

Zidni Dhiaal Husna

@zidnidhiyaa

berbagi ilmu

Silahkan bagikan ilmu ini pada yang lain!

Tinggalkan Komentar