Ramadan telah habis sepertiganya. Apa yang sudah kita lakukan?

Jika salatmu masih diakhirkan, puasamu hanya menahan dahaga dan lapar, Al-Qur’anmu rapi tak tersentuh tangan, maka ketahuilah bahwa siang dan malam yang penuh ampunan ini akan segera berlalu.

 

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah memegang kedua pundakku seraya bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir.” Ibnu Umar berkata: “Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati.” (HR. Bukhari no. 6416; at-Tirmidzi, no. 2333; Ibnu Majah no. 4114; Ahmad, II/24 dan 41; al-Baghawi dalam Syarhussunah, XIV/230, no. 4029; Ibnu Hibban, at-Ta’liqatul Hisan– no. 696 dan lain-lain)1

 

Jika masih diberi kesempatan bersama Ramadan kali ini, maka jangan berpikir bisa menemui Ramadan tahun depan. Jangan sampai menyesal seandainya semua menjadi angan-angan.

 

Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, “Demi Allah seandainya dikatakan kepada penghuni kubur, “Berharaplah kalian!”. Niscaya mereka sangat mendambakan hidup dan berjumpa dengan Ramadan walaupun hanya satu hari. (At-Tabshirah: 2/ 78)

 

Bergegas dan Bersungguh-sungguhlah!

 

Setiap orang akan Allah balas sesuai dengan niatnya. Maka mulailah berubah dan bersiap dengan persiapan terbaik. Iringi dengan taubat dan istighfar sehingga hatimu bersih. Allah mengetahuinya dan Allah akan mudahkan untukmu beramal saleh.

 

Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata

bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untukAllah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yangdinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907)2

Kesungguhan Terbaik itu Bernama Ilmu

 

Sekali-kali tidak akan sama orang berilmu dengan yang tidak. Yang kuat beribadah di bulan Ramadan adalah mereka yang mengetahui keutamaan-keutamaan bulan Ramadan. Mereka berkesempatan lebih besar untuk diterima amalnya karena niat yang ikhlas dan sesuai dengan yang diajarkan dan dicontohkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana tafsir dari firman Allah ta’ala:

فَمَنْ†كَانَ†يَرْجُو†لِقَاءَ†رَبِّهِ†فَلْيَعْمَلْ†عَمَ†لًا†صَالِحًا†وَ†لَا†يُشْرِكْ†بِعِبَادَةِ†رَبِّهِ†أَحَدًا

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya“. (QS. Al-Kahfi: 110)3

Selalu Ada Jalan untuk yang Mau Belajar

 

Mulailah memprioritaskan hal yang paling penting dari yang penting. Singkirkan sebab-sebab penghambat ibadah. Manfaatkan setiap detik untuk mempelajari segala sesuatu terkait Ramadan. Ikuti dan pilih majelis-majelis ilmu yang di dalamnya disebutkan kalamullah dan sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan pemahaman para sahabat.

 

Membaca Al-Qur’an adalah Pegangan

 

Imam Az-Zuhri rahimahullah berkata pada saat memasuki bulan Ramadan, “Ini adalah bulan pembacaan Al-Qur’an dan pemberian makanan.”4.

 

Kisah para salaf saleh adalah teladan yang tak pernah lekang. Sahabat Sufyan Ats-Tsauri radhiyallahu ‘anhu, pemimpin dalam bidang hadis, di bulan Ramadan meninggalkan ibadah-ibadah sunah lalu fokus pada Al-Qur’an. Imam Asy-Syafi’i rahimahullah, seorang panutan dalam bidang fikih, mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak 60 kali di bulan Ramadan. Jika ada amalan yang harus diutamakan dari yang lain di bulan Ramadan, maka amalan itu adalah membaca Al-Qur’an. Tulislah target dan lakukan dengan sungguh-sungguh. Sedikit tapi kontinyu lebih disukai Allah. Kemudian bacalah tafsir satu ayat saja setiap hari. Jika bisa cobalah bergabung dengan majelis para penghafal Al-Qur’an agar termotivasi dan lebih bersemangat mengkhatamkan Al-Qur’an. Keberkahan Ramadan tak terasa akan hadir sedikit demi sedikit dalam hati.

 

Perbanyak Mengingat Kematian

 

Predikat takwa adalah sebaik-baik gelar seorang muslimah. Meraihnya dengan menjaga keistikamahan ibadah dalam tiga puluh hari lamanya tentu tidak mudah. Saat jenuh datang, lawanlah dengan banyak mengingat kematian. Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Suatu hari aku duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba datang seorang lelaki dari kalangan Ansar, kemudian ia mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling utama?’ Rasulullah menjawab, ‘Yang paling baik akhlaknya’. Kemudian ia bertanya lagi, ‘Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas.’ (HR Ibnu Majah, no. 4.259. Hadits hasan. Lihat Ash Shahihah, no. 1.384)5

 

Waktu kita hanya sebentar di dunia. Allah mudahkan bulan Ramadan sebagai pembuka jalan kebaikan dengan pahala tanpa batas. Maka bersemangatlah dengan setinggi-tingginya semangat. Jika Ramadan saja tak membuat kita berubah, lantas akhir kematian seperti apa yang kita inginkan?

 

Penulis: @umma_hilma

berbagi ilmu

Silahkan bagikan ilmu ini pada yang lain!

Tinggalkan Komentar