Pernah tidak shalihat merasakan hidup seperti tak ada artinya sama sekali? Tatkala kehidupan dirasakan semakin pahit, perih dan begitu mengecewakan. Ketika semua usaha seperti menemui jalan buntu, manakala kegigihan mengupayakan keberhasilan seperti butiran debu, dan doa- doa seperti membentur dinding yang tinggi untuk bisa segera mewujud, bukankah di dalam hati menyeruak tajam sebuah tanya,” Untuk apa lagi aku hidup?” dan perlahan jiwa sampai di gerbang keputusasaan merasa tak sanggup melanjutkan sisa hidup.
Tahukah shalihat, hampir semua dari kita mengetahui bahwa hidup di dunia ini tak lebih adalah barisan ujian demi ujian yang datang silih berganti sampai ajal menjemput. Akan tetapi, hanya sebagian saja yang bisa menerima dengan ikhlas dan ridha apapun ujian yang Allah berikan di sepanjang perjalanan kehidupan yang dilalui. Dan sedikit sekali yang benar- benar memahami dengan keimanan dalam dada, ujian hidup adalah tanda kasih sayang Allah bagi hamba-Nya.
Betapa banyak yang kemudian menyerah dan memutuskan berhenti dari kehidupan yang Allah berikan, karena merasa tak kuat dengan lika- likunya yang terlalu curam, terjal dan menanjak. Bukan hanya sendiri, akan tetapi ada pula yang mengajak dan menghasut orang- orang terdekatnya untuk melakukan keputusan yang sama: mengakhiri hidup. Mereka beranggapan, ketika meninggalkan dunia ini, seluruh urusan selesai. Mereka mengira, dengan menyudahi hidup, mereka bakal terbebas dari huru- hara dan jerat derita kesulitan.
Mari kita bahas, mengapa kita harus mensyukuri hidup yang Allah beri apapun kondisinya. Semoga setelah memahaminya, kita semua semakin tegar dan sanggup menyelesaikan tugas kehidupan yang Allah amanahkan pada kita, aamiin.
1. Kesempatan yang paling diinginkan oleh penduduk neraka adalah hidup sekali lagi ke dunia.
“Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan. Sungguh, kami adalah orang-orang yang yakin.” (QS. AsSajadah: 12)
“Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami”.. (QS. Al Baqarah: 167)
“(Ketika datang kematian pada seseorang, lalu ia berkata): Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.” (QS. Al Mu’minuun: 99-100).
Shalihat fillah, hidup yang sedang engkau sia- siakan, hidup yang engkau anggap tak punya nilai sama sekali, hidup yang dibenakmu adalah ketiadaan makna dan tak berarti itu, adalah sesuatu yang sangat diinginkan oleh para penghuni neraka untuk berkesempatan melakukan ketaatan pada Allah, memperbanyak amal soleh dan mengerjakan banyak kebaikan dalam hidup.
Saat ini, engkau sesungguhnya sedang menggenggam sebongkah berlian yang engkau anggap batu kali semata, lalu di matamu tak ada lagi yang bisa kamu lakukan dengannya, kecuali engkau buang.
Bahkan 1 menit dari hidupmu, andaikan engkau berikan kepada penghuni neraka, sungguh itu sangat berharga bagi mereka. Karena di 1 menit itu, mereka bisa merubah su’ul khotimah menjadi husnul khotimah, tatkala kematian mereka mereka tutup dengan kalimat “ Laa illaha illallah”. 1 menit untuk hidup kembali ke dunia, benar- benar bisa merubah nasib mereka di akhirat.
Dalam hadits muttafaqun ‘alaih, dari ‘Itban bin Malik bin ‘Amr bin Al ‘Ajlan Al Anshori, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah mengharamkan dari neraka, bagi siapa yang mengucapkan laa ilaha illallah (tiada sesembahan yang benar disembah selain Allah) yang dengannya mengharap wajah Allah” (HR. Bukhari no. 425 dan Muslim no. 33).
Dan Allah sama sekali tidak sudi memberikan waktu kembali ke dunia bagi penghuni neraka walau hanya 1 menit saja. Sementara kita saat ini memiliki kesempaatan yang tidak di miliki oleh para penghuni neraka itu.
..“Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (QS. Al Baqaarah: 167)
2. Hidupmu adalah kesempatanmu meraih surga Allah
“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabbmu dan surga yang lebarnya selebar langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Al Hadiid: 21)
Kesenangan dunia itu sementara, maka jangan fokuskan hidup yang kita miliki untuk megejar kesenangan dunia dan mengabaikan kesenangan akhirat. Hidup yang kita punya saat ini, habiskan untuk melakukan banyak amal soleh dan kebaikan. Hidup yang masih kita miliki saat ini, isi dengan ketaatan kepada Allah. Hidup yang kita genggam saat ini, pergunakan untuk sebanyak- banyaknya manfaat bagi sebanyak- banyakanya umat manusia.
Tidak ada yang kita bawa menjadi bekal menuju kehidupan akhirat, manakala jasad telah membujur kaku selain amal soleh. Bukan rumah mewah yang akan menemani di alam kubur, melainkan amal soleh. Bukan pasangan, anak- anak, teman dan saudara, bukan juga deposito dan harta benda yang dikumpulkan di dunia yang Allah izinkan dibawa bersama di dalam kubur, akan tetapi amal soleh yang kita ukir selama hidup di dunia.
Usia yang Allah berikan kepada kita adalah modal utama untuk meraih surga Allah. Karena tatkala seseorang telah wafat, maka ketika itu telah terputus semua urusan dunia dari dirinya. Dan saat itu tidak ada lagi kesempatan untuk beramal soleh untuk bekal perjalanan akhirat.
3. Taubat tidak diterima manakala hidup di ujung sakaratul maut
“Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (QS. Yunus: 90)
“Dan tidaklah taubat itu diterima Allâh dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan : “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.” Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” (An-Nisa/4:18)
Dalam hadits dari Abdullah bin Umar bin Khattab Radhiyallahu anhuma, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allâh menerima taubat seorang hamba selama nyawanya (ruhnya) belum sampai tenggorokan.” [HR. Ahmad, at-Tirmidzi dan Beliau berkata hadits hasan)
Tidak ada manusia yang tanpa berbuat salah dan dosa. Akan tetapi, selagi masih ada nyawa, selagi kita masih hidup, itu adalah saat yang Allah izinkan untuk kita bertaubat dan memohonkan ampun atas sekuruh dosa- dosa kita meskipun sebanyak buih di lautan, walau dosa- dosa kita menjulang sampai menyentuh langit, biarpun dosa- dosa yang telah kita lakukan itu berkali- kali diulangi. Insya Allah akan kita temui Allah dengan segala ampunan dan kasih sayang-Nya di saat itu.
Namun, manakala nyawa sudah sampai ditenggorokan, sakaratul maut telah datang, penyesalan dan pertaubatan yang sepenuh hatipun tidak akan diterima oleh Allah, sebagaimana pertaubatan yang dilakukan oleh Fir’aun didetik- detik sakaratul mautnya.
halihat fillah, kita masih hidup saat ini, bukan? Jangan anggap waktu hidup yang kita punyai saat ini tak ada artinya. Pergunakanlah untuk bertaubat kepada Allah atas seluruh dosa- dosa yang terlanjur terukir di perjalanan hidup hari- hari lalu. Kebahagiaan hakiki yang engkau cari sesungguhnya hanya ada di dalam surga Allah, dan hanya bisa diraih tatkala Allah telah menerima seluruh taubat kita lalu memberikan ridha-Nya untuk kita.
Semoga bermanfaat.