[BAGIAN 1]

Setiap manusia yang hidup di dunia, tidak terkecuali anak- anak yang lahir dari rahim ummahat fillah, pasti mendapatkan ujian dari Allah sebagai jalan yang Allah pilih untuk mengetahui mana hamba- hamba-Nya yang  benar- benar ikhlas, mana yang sungguh- sungguh beriman. Dengan ujian yang Allah berikan itulah kelak akan nyata terlihat jelas mana orang- orang yang lulus dengan nilai terbaik dari Allah, dan layak meraih surga Allah yang luasnya seluas langit dan bumi.

 

Allah Ta’ ala berfirman, yang artinya:

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.”

Mengapa kita harus mempersiapkan anak untuk menghadapi tantangan?

Generasi Z yang sering disebut dengan generasi stroberry sangat rentan untuk bisa bertahan dengan tantangan yang mau tidak mau harus dihadapinya. Susah sedikit, banyak mengeluh. Tertekan sedikit, teriak “ Aku butuh healing”. Menghadapi fenomena ini, tentu kita sebagai ornag tua harus mengarahkan anak dengan segala label yang ada, dengan keadaan yang seringkali tidak mendukung, untuk mereka tumbuh menjadi anak- anak Tangguh dan siap dengan gagah berani menghadapi tantangan kesuksesan hidupnya kemudian berjaya untuk menaklukkannya. Alasan- alasan yang mendasari upaya orang tua untuk menyiapkan anak tangguh dan kokoh jiwanya menghadapi tantangan hidupnya, diantaranya:

1. Orangtua tidak selamanya bersama anak

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.”

Tidak ada yang bisa tahu kapan waktu ajal datang menjemputnya. Tentu saja, harapan setiap orang tua ingin berumur panjang untuk bisa lebih lama membersamai anaknya, sehingga bisa melihat anak- anak tumbuh dewasa, sukses, bisa menimang cucu dan melihat cucu- cucu mereka tumbuh dan besar. Namun, tidak ada yang bisa menjamin hal itu yang didapatkan. Dengan membekali anak- anak warisan terbaik berupa didikan yang membuat mereka tangguh, ketika kenyataan tidak serupa harapan dan anak- anak harus menghadapi semua sendiri, paling tidak kita tidak meninggalkan anak- anak dalam keadaan lemah jiwanya. Sebab hidup di dunia tanpa mendapatkan ujian dari Allah adalah sesuatu yang tidak mungkin. Sudah menjadi sunatullah bahwa semua manusia tanpa kerkecuali dari manusia yang awal sampai manusia terakhir nanti pasti di uji oleh Allah.

 

Allah Ta’ala berfirman,

“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.”

2. Orangtua tidak bisa selalu memudahkan anak.

Pada masa anak masih kecil yang sepenuhnya dalam pengawasan orangtuanya dan menghabiskan banyak waktunya bersama orang tua, tentu orangtua akan berupaya memudahkan anaknya. Pakai sepatu, dipakaikan atau di bantu pakaikan. Pakai baju di bantu. Makan minum dibantu dan hampir semua kegiatan anak dilakukan oleh orangtuanya, atau ibunya. Namun kita tentu tahu, saat anak sudah mulai masuk usia balita atau pra sekolah, anak sudah mulai di masukkan ke TK/PAUD. Ketika itu tentu anak sudah mulai harus mampu melakukan urusannya sendiri. Untuk makan, pakai sepatu, mengurus bukunya, BAK dan BAB dan kegiatan yang tidak memungkinkan setiap waktu dibantu oleh gurunya. Anak menginjak usia sekolah, masuk SD tentu makin dituntut kemandirian anak untuk bisa menolong dirinya sendiri di dalam memenuhi kebutuhannya. Bukankah orangtua tidak memungkinkan terus menerus sepanjang waktu nempel dengan anak sehingga bisa selalu memudahkannya?

 

Anak mulai beranjak dewasa, memiliki kehidupan yang lebih kompleks. Banyak hal yang ditemuinya tanpa keberadaan orang tua di sisinya di saat itu juga. Anak kita harus mampu menghadapi masalah- masalah yang terjadi pada dirinya dengan usahanya sendiri.

3. Kesulitan datang tidak pernah permisi dan memberi kabar sebelumnya

Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi waktu sore di saat pagi hari. Demikian juga kita tidak bisa menebak apa yang akan dilalui anak kita di hari esoknya. Yang kita bisa lakukan untuk memudahkan anak kita adalah mewariskan ilmu dan kebiasaan baik untuk anak mampu tangguh menghadapi ujian hidupnya yang datang tiba-tiba.

4. Untuk sukses pasti ada tantangan dan rintangan yang harus ditaklukkan anak

Perjuangan, pengorbanan dan airmata itu hal biasa di dalam upaya merintis tangga kesuksesan. Apalagi jika kita berharap anak kita menjadi manusia yang bukan hanya sukses di dunia tapi juga adalah manusia yang sukses di akhirat.

5. Anak butuh untuk menjadi dirinya sendiri tanpa ketergantungan kepada orangtuanya

Di masa dewasanya anak- anak kita, jika mereka dengan fasilitas dan kemudahan yang selalu diberikan, hal ini membuat anak memiliki ketergantungan terhadap orang tuanya. Bayangkan jika tiba- tiba qodarallah orangtuanya mengalami bangkrut, di PHK, atau dikeadaan dimana orang tua tidak bisa lagi memberikan fasilitas pada anaknya, dampak pada anaknya yang sangat mungkin terjadi adalah anak frustasi bahkan depresi, karena  anak tidak diajarkan servive atas keadaan sulit.

 

Ketika anak sangat tergantung dengan orangtuanya, sementara keadaan anak sekolah atau belajar beda kota atau ke luar negeri yang tidak bisa ditemani orang tuanya dan harus menyiapkan semua kebutuhannya sendiri, menghadapi masalah- masalah sendiri, berfikir untuk solusi kesulitannya sendiri, hal ini akan menjadi pemicu stress dan depresi pada diri anak.

6, Allah mencintai mukmin yang kuat

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan”

Memilik anak yang menjadi kecintaan Allah tentu harapan semua orangtua. Maka kita sebagai orangtua harus berupaya memberikan didikan yang menguatkan jiwa anak dan mengokohkan keimanan di dada anak.

berbagi ilmu

Silahkan bagikan ilmu ini pada yang lain!

Tinggalkan Komentar