[BAGIAN 1]

Bagi jomblo fillah, mungkin membayangkan tentang pernikahan adalah sebuah haal yang sangat indah dan penuh warna serta bertabur bunga- bunga. Kehidupan bak seorang Cinderella yang berhasil menemukan sang pangeran idaman berkat sepatu kacanya, kemudian hidup bahagia ever after dalam pernikahannya. Ini ekspektasinya.

 

Namun, bagi yang sudah merasakan kehidupan pernikahan, bisa jadi berbeda. Melihat sumringah mempelai kala menikah, yang sudah menikah langsung bilang,” Wellcome to the wild jungle, sista.”

 

Mengapa demikian? Karena, rupa-rupanya ekspektasinya ketika before dan after itu sangat jauh berbeda. Sewaktu masih jomblo, ekspketasinya tentang pernikahan itu masyaAlllah. Dan ternyata setelah menjalani kehidupan pernikahan maka yang dirasakannya itu penuh dengan beragam rasa.

Mengapa bisa demikian?

 

Ingat bahwa pernikahan adalah ibadah.

 

Pada ibadah yang dijalankan atas dasar keimanan tentu ada ujian dan ada godaan. Sama seperti ibadah lainnya, yang punya tantangan dan sensasi usaha dan rasa yang beda, seperti ibadah puasa, tahajud, sedekah, haji atau umroh dan yang lainnya, begitu juga dengan menikah.

 

Dalam pernikahan pasti ada ujian, tantangan dan cobaan serta godaan, bukan semua isinya melulu tentang keromantisan yang uwuw. Jangankan rumah tangga kita yang notabennya hanyalah manusia akhir zaman dengan kadar iman yang jauh dari sempurna,  rumah tangga Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam pun tak luput dari terpaan ujian.

 

Sebegitu susahnya kah menjalani pernikahan?

 

Sebenarnya tidak demikian, apabila ekspektasi yang terbentuk di kepala kita bisa disejajarkan dengan kenyataannya. Contoh: seseorang mau berangkat haji. Tentu merasa was- was dan khawatir, bagaimana nanti keadaan disana. Nah, untuk membekali diri sebelum menunaikan ibadah haji, diadakanlah manasik haji. Hal ini untuk memberikan bekal yang cukup bagi para calon jamaah sehingga nantinya lebih siap dalam menjalani ibadah di tanah suci.

 

Begitu juga saat mau menikah, sangat pnenting untuk melakukan langkah awal persiapan menuju jenjang pernikahan, supaya nantinya diri tidak terkaget- kaget dengan alur kisah kehidupan rumah tangga yang harus dijalani, akan tetapi sudah siap dengan segala hal yang mungkin bisa terjadi.

Lantas, apa saja hal penting yang utama harus disiapkan untuk menuju pernikahan?

1. Niat

Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

 

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.”

Ini adalah satu poin penting dan yang paling utama harus disiapkan dengan benar. Karena, niat kita di awal ketika menikah menjadi sebuah tolak ukur atas pencapaian kita di dalam rumah tangga.

 

Jika menikahnya karena ingin meraih dunia, punya suami yang ganteng, kaya, penyayang, lalu punya anak- anak yang lucu dan imut, punya rumah bagus, kendaraan yang mentereng, kehidupan yang berkelas, bisa liburan kemana- kemana kemudian di posting di media sosial sebagai sebuah pencapaian kebahagiaan berumah tangga, bisa jadi, ini Allah berikan kepadanya.

 

Dan bisa jadi, dalam pernikahannya dia tidak meraih yang dia impikan ini, sehingga membuatnya merasa kehidupan rumah tangganya gagal dan tamat. Waalu begitu, mau tidak mau kehidupan rumah tangga yang jauh dari harapan tersebut tetap harus dijalani.

 

Ruginya apa jika demikian niat yang dipasang diawal pernikahan?

 

Seseorang yang meniatkan sesuatu atas apa yang ia lakukan hanya atas dasar dunia saja, maka dia hanya akan mendapatkan sebatas dunia saja, tanpa perolehan apapun untuk akhiratnya.

 

Allah Ta’ala berfirman,

 

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآَخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (16)

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.”

Niat hanya bisa benar ketika tauhid kita benar.

“Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah dia beramal shalih dan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya dalam beribadah kepada-Nya.”

Ayat ini sudah menunjukkan syarat diterimanya ibadah yaitu tauhid dan ittiba’. Tauhid maksudnya mengikhlaskan ibadah untuk Allah semata, sedangkan ittiba’ maksudnya adalah mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beramal.

 

Menikah adalah ibadah terpanjang dari ibadah- ibadah yang ada.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,  ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

إِذَا تَزَوَّجَ العَبْدُ فَقَدْ كَمَّلَ نَصْفَ الدِّيْنِ ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ البَاقِي

“Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.”

Dalam riwayat lain:

“Siapa yang diberi karnia oleh Allah seorang istri yang solihah, berarti Allah telah menolongnya untuk menyempurnakan setengah agamanya. Karena itu, bertaqwalah kepada Allah setengah sisanya.”

Jadi niat yang ditanamkan dalam dada manakala mempersiapkan diri menyongsong pernikahan sebaiknya seperti apa?

 

Maka niatkan, Saya niat menikah untuk meraih keridhaan Allah menjadi istri shalehah  melalui keridhaan suami.”

berbagi ilmu

Silahkan bagikan ilmu ini pada yang lain!

Tinggalkan Komentar