Musibah terbesar dalam diri kita yaitu apabila mengetahui kesalahan tapi tak mau memperbaikinya. Bukankah itu ciri-ciri orang munafik?
Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah mengatakan, “Mukmin itu yang rajin menghisab dirinya dan ia mengetahui bahwa ia akan berada di hadapan Allah kelak. Sedangkan orang munafik adalah orang yang lalai terhadap dirinya sendiri (enggan mengoreksi diri)”.
Ingin berada di golongan manakah kita, orang beriman atau orang munafik?
Seorang yang beriman memuhasabah dirinya, mengawasinya serta meluruskannya supaya berada di atas keadaan yang paling baik. Senantiasa meluruskan niat ibadah yaitu ikhlas karena Allah, bersih dari kotoran bid’ah, riya, dan ujub. Serta memuhasabah diri supaya amal sholih kita bisa sesuai dengan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, terus-menerus dilakukan dan kontinyu tanpa tertolak, tanpa terputus.
Syeikh Ali bin Abdurrohman Al Hudzaifi hafizohullah, menjelaskan dalam khutbahnya:
“Kesuksesan seorang dan kebahagiaannya, terletak bagaimana dia mengatur dirinya, memuhasabah dirinya baik dalam perkara yang kecil maupun yang besar. Maka barangsiapa yang memuhasabah dirinya, mengatur ucapan dan perbuatan serta hatinya dengan apa yang membuat dicintai dan diridhoi Allah, maka sungguh dia telah beruntung dengan keuntungan yang besar”.
Allah berfirman:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (41)
“Dan adapun orang yang takut berdiri di hadapan Allôh kelak dan menahan hawa nafsunya maka surga adalah tempat tinggalnya”. (An-Naazi’aat : 40-41)
Semoga kita menjadi hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang senantiasa memuhasabah diri sebelum datangnya yaumul hisab.
Sumber : firanda.com & bimbinganislam.com