Lisan kita adalah penerjemah isi hati. Kalau hati kita bersih, maka yang keluar dari lisan ialah kalimat thayyibah. Namun sebaliknya, kalau hati kita kotor, maka yang keluar ialah gunjingan, ghibah, bernyanyi lagu maksiat hingga berkata-kata kotor.

 

Setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan istiqamah, beliau juga mewasiatkan untuk menjaga lisan. Dan lurusnya lidah itu berkaitan dengan kelurusan hati dan keimanan seseorang. Di dalam Musnad Imam Ahmad dari Anas bin Malik, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

لَا يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ وَلَا يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ وَلَا يَدْخُلُ رَجُلٌ الْجَنَّةَ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ

 

“Iman seorang hamba tidak akan istiqamah, sehingga hatinya istiqamah. Dan hati seorang hamba tidak akan istiqamah, sehingga lisannya istiqamah. Dan orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatan-kejahatannya, tidak akan masuk surga. (H.R. Ahmad).

 

Diriwayatkan bahwasanya Yahya bin Mu’adz berkata: “Hati itu seperti periuk dengan isinya yang mendidih. Sedangkan lidah itu adalah gayungnya. Maka perhatikanlah ketika seseorang berbicara. Karena sesungguhnya, lidahnya itu akan mengambilkan untukmu apa yang ada di dalam hatinya, manis, pahit, tawar, asin, dan lainnya. Pengambilan lidahnya akan menjelaskan kepadamu rasa hatinya”. Hilyatul Au’iyaa’, 10/63

 

Sebagai seorang muslim, sudah seharusnya kita membersihkan hati dari segala penyakit hati. Supaya apa yang keluar dari lisan kita adalah perkara yang baik.

 

Sumber : https://almanhaj.or.id/14033-mengendalikan-lidah-2.html

berbagi ilmu

Silahkan bagikan ilmu ini pada yang lain!

Tinggalkan Komentar

WordPress Crafted with ♥ by faizONE.ID