Seminar Ummi Santy: Apa yang harus dipersiapkan seorang janda yang akan menikah dengan duda

Pertanyaan:

Bismillah. Ahsanallahu ilaikum Umi Santy. Semoga Allah menjaga Umi Santy dan keluarga dimanapun berada. Izin bertanya Umi, ana akhwat 25 tahun, status janda tanpa anak. Sebentar lagi InsyaAllah ana akan menikah dengan duda 29 tahun, sudah punya anak 1 perempuan usia 4 tahun yang saat ini ikut ibunya. Apa saja yang harus ana persiapkan ya Umi? Karena rencana si anak nanti akan kami ajak hidup bersama, otomatis dipisahkan dari ibu kandungnya. Syukron Jazakillahu Khairan

 

Jawaban Ummi Santy:

Untuk pertanyaan yang selanjutnya ini tentang Bagaimana dalam mempersiapkan diri menjadi ibu sambung. Sebenarnya yang harus pertama kali ada dalam diri kita ketika berada dalam kondisi seperti ini adalah menerima bahwa siapapun anak ini, seperti apa bentuknya ya namanya anak-anak bisa jadi dia buat kita marah ingat bahwa kita harus menerimanya sebagaimana anak kita sendiri terlebih nanti kalau misalnya ada pertengkaran dengan suami ini kecenderungan ya saya tidak nyatakan Kakak seperti itu tapi ini kecenderungan banyak wanita akan seperti itu ketika berhadapan dengan suaminya yang tidak baik kemudian akan menyerempet ke anak. Jadi harus memahami bahwa anak ini adalah titipan Allah yang Allah titipkan pada saya ya tidak pada ibunya artinya Allah melihat saya mampu untuk merawat anak ini ya pemahamannya dulu jangan bilang persiapannya apa. Pemahaman itu disiapkan dulu di diri kamu. Kamu siap InsyaAllah semuanya akan lebih mudah untuk kamu prepare. Untuk soal ilmu ini ilmu itu, persiapan ini persiapan itu ya dirimu sendiri dulu kamu persiapkan ya. Siapkan diri kamu untuk menjadi ibu sambung, jangan pernah berfikir ah ini bukan anak saya jangan seperti itu ya, mungkin sekarang tidak tapi nanti ketika situasi sulit jangan pernah ini ada, maka dari awal tanamkan bahwa ini adalah titipan Allah yang Allah percayakan kepada saya ya karena buktinya kalau memang dia milik ibunya kan ibunya yang melahirkan dia ya kan sudah pasti dia tidak akan sama saya kemudian kita harus tau bahwa anak ini Allah titipkan dirumah kita nanti ya itu bukan tanpa maksud artinya Allah melihat bahwa ada sesuatu atau menanamkan sesuatu yang bisa menjadikan anak ini menjadi anak yang shalihah, anak ini dipercayakan Allah kepada saya dalam pengurusannya tidak pada ibunya.

 

Yang kedua harus menjadi teman jadi jangan menggantikan posisi ibunya ya kita posisikan diri kita menjadi sahabat anak ini karena ibu dia sudah punya maka kita tidak perlu berupaya mengambil hatinya untuk bisa menggantikan posisi ibunya. Kalau sahabat berarti apa? Kita bisa memahami dirinya sepenuhnya, tidak ada namanya sahabat yang tidak saling memahami ya, bahkan kalau sahabat itu tanpa harus bilang atau cerita kadang kala kita tahu oh sahabat saya lagi sedih, saya harus melakukan begini dan begini kemudian berusaha untuk memberikan pemahaman ilmu agama yang baik yang paling penting artinya kita orangtuanya dulu yang benar sesuai syariat Allah seperti yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam ajarkan itu yang kita terapkan kepada anak ini. Itu kurang lebih ya. Wallahu a’lam bishowab.

Powered by BetterDocs

Tinggalkan Balasan